Setelah para panglima
kembali berkumpul di Ujung Galuh, maka dalam perundingan diputuskan untuk
kembali saja, karena tugas menghukum raja Jawa telah selesai, dan tidak ada
gunanya untuk meneruskan pertempuran. Alasan utamanya adalah karena mereka tak
mengenal keadaan medan, mereka dapat terpancing masuk rawa-rawa, di mana mereka
tak bisa bergerak dan dengan mudah diserang oleh orang-orang Majapahit. Namun
selain hal di atas bisa jadi mereka juga memperhitungkan keadaan angin yang
pada akhir bulan Mei biasanya sudah mulai meniup ke Barat (angin timur).
Selama kira-kira tiga
bulan. Untuk bisa cepat sampai di Cina mereka harus segera berangkat, kalau
mereka tidak ingin menjumpai rintangan berupa topan atau angin yang tidak
menentu. Maka mereka dapat sampai di Chuang Chou setelah 68 hari meninggalkan
Jawa. Juga kemungkinan kejangkitan wabah mereka perhitungkan. Kalau mereka
lebih lama berada di rawa-rawa di muara sungai ini, dikuatirkan akan
bertambahnya korban disebabkan oleh malaria dan penyakit lain.
Maka diputuskan lebih
baik kembali daripada menderita lebih banyak kerugian, untuk menghindari
kegagalan total, karena tidak mengenal medan, penyakit dan kehancuran oleh
nadai topan di laut. Menjelang akhir bulan Maret, yaitu di hari ke-24, seluruh pasukan
Mongol kembali ke negara asalnya dengan membawa tawanan para bangsawan Singosari
ke Cina beserta ribuan hadiah bagi kaisar.
Sebelum berangkat
mereka menghukum mati Jayakatwang dan anaknya sebagai ungkapan rasa kesal atas
‘pemberontakan’ Raden Wijaya. Kitab Pararaton memberikan keterangan yang
kontradiktif, disebutkan bahwa Jayakatwang bukan mati dibunuh orang-orang
Mongol melainkan oleh Raden Wijaya sendiri, tidak lama setelah ibukota kerajaan
Kadiri berhasil dihancurkan.
Demikianlah tentara Tartar
tidak sempat mengatur siasat dan kehilangan begitu banyak tentaranya akhirnya
meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, dengan membawa pulang lebih dari 100
orang tawanan, peta, daftar penduduk, surat bertulis emas dari Bali, dan barang
berharga lainnya yang bernilai sekitar 500.000 tahil perak. Ternyata kegagalan
Shih Pi menundukkan Jawa harus dibayar mahal olehnya.
Ia menerima 17 kali
cambukan atas perintah Kublai Khan, seluruh harta bendanya dirampas oleh
kerajaan sebagai kompensasi atas peristiwa yang meredupkan kebesaran nama
bangsa Mongol tersebut. Ia dipersalahkan atas tewasnya 3.000 lebih prajurit
dalam ekspedisi menghukum Jawa tersebut.
Selain itu, peristiwa
ini mencoreng wajah Kublai Khan karena untuk kedua kalinya dipermalukan
orang-orang Jawa setelah raja Kartanegara melukai wajah Meng Chi. Namun sebagai
raja yang tahu menghargai ksatriaan, tiga tahun kemudian nama baik Shih Pi
direhabilitasi dan harta bendanya dikembalikan. Ia diberi hadiah jabatan tinggi
dalam hirarkhi kerajaan Dinasti Yuan yang dinikmatinya sampai meninggal dalam
usia 86 tahun.
Tentara Tartar
meninggalkan Jawa setelah diserang oleh tentara Majapahit setelah kekalahan
tentara mongol di Jawa karena siasat Raden Wijaya. Kubilai Khan tidak
mengirimkan pasukan lagi ke AsiaTenggara. Hal tersebut dikarenakan dinasti Yuan
sedang konsentrasi di dalam negeri termasuk membangun ibukota Khan balik. Pembangunan
ibukota Khan balik ini yang membuat Mongol menjadi berubah ada yang mengatakan
menjadi lemah karena asalnya Mongol adalah suku pengembara.
mau yang asik ? adu ayam
BalasHapus