Sebelum saya sedikit
uraikan tentang gerakan-gerakan operasi militer oleh Raden Wijaya terhadap
kesatuan-kesatuan Tartar, lebih dahulu saya akan ajak kisanak untuk mendapatkan
gambaran mengenai keadaan medan di mana kesatuan-kesatuan baik dari Majapahit
maupun dari Tartar. Keuntungan Majapahit adalah, bahwa prajurit Majapahit lebih
mengenal keadaan medan yang bagi orang Tartar masih sangat asing.
Medan berbukit-bukit
dan sebagian besar tersusun oleh tanah keras atau bongkah-bongkah karang. Di
sebelah timur sungai diperkirakan keadaan tanahnya masih lunak, bahkan banyak
yang merupakan rawa-rawa dan di dekat desa di sana-sini berupa tanah
persawahan. Kalau ada jalan tentu jalan-jalan ini tidak dikeraskan dengan
diberi dasar batu. Baik di barat maupun di timur sungai masih terdapat banyak
hutan-hutan lebat.
Betapa sukarnya daerah
ini dilalui, apa lagi oleh suatu kesatuan militer yang besar, dapat kita
perkirakan dari waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak antara Pacekan
sampai Kediri. Tentu sangatlah lama.
Dalam kronik Cina
laporan Shih-pi menyebut, ia harus bertempur sepanjang kurang-lebih 300 li dari
Kediri sampai ke kapal-kapalnya. Memang jarak antara Surabaya dan Kediri adalah
kira-kira 130 kilometer lewat jalan berbelok-belok, kalau ditarik garis lempeng
dari Surabaya sampai Kediri kira-kira jarak itu adalah kurang-lebih 100
kilometer.
Jarak Majapahit-Kediri
yang kira-kira 70an kilometer itu oleh kesatuan Tartar ditempuh dalam waktu 4
hari (tanggal 15 sampai 19) berjalan. Jadi tiap harinya hanya dapat
menyelesaikan jarak kira-kira 17 kilometer. Kalau sehari selama 2 hari masih
terang mereka dapat berjalan kira-kira 9 jam, maka tiap jam kiranya dapat
diselesaikan 2 km.
Maka dari sini kita
dapat membuat perkiraan, betapa beratnya keadaan medan pada waktu itu. Kronik
Cina menyebut, Wijaya pada hari ke 2 bulan ke 4 diijinkan kembali ke Majapahit
dengan pasukannya disertai oleh dua orang perwira Tartar dan 200 orang prajurit
untuk menyiapkan persembahan bagi kaisar Tartar, jadi 13 hari setelah Kediri
menyerah.
Tanggal 9 Mei ia
berangkat, sampai di Majapahit tanggal 13 Mei. Dengan diam-diam Wijaya menyiapkan
pasukan dan rakyatnya. Dalam Kronik Cina disebutkan bahwa Kau Hsing yang sejak
tanggal dikalahkannya Kediri mengejar seorang pangeran yang lari ke pegunungan
sekembalinya ke Kediri baru mengetahui, bahwa Wijaya telah berangkat dengan
ijin Shih-pi dan Ike Mese. Tindakan rekan-rekannya ini tidak disetujui oleh Kau
Hsing, agaknya timbullah perselisihan antara para pembesar ini. Diperkirakan
Kau Hsing berada di pegunungan selama dua minggu lebih, kita buat 16 hari. Maka
ia diperkirakan kembali pada tanggal 14 Mei.
Setelah mengumpulkan
divisinya ia segera mengejar Wijaya yang telah sempat menyiapkan pasukan di
tempat-tempat penghadangan. Didalam istana Majapahit sekarang timbul kesulitan
yang harus dihadapi Majapahit terhadap pasukan Tartar. Dalam Kidung Wijayakrama
dikisahkan bagaimana sikap yang harus diambil jika tentara Tartar menagih janji
2 orang putri Tumapel sebagai hadiah kepada Kaisar Tartar.
Ketika Arya Wiaraja
menanyakan hal tersebut semuanya terdiam, tidak berani menjawab. Ken Sora
mengemukakan pendapat bahwa tidak baik memungkiri janji yang telah disepakati.
Kemudian Ranggalawe bersuara lantang sesuai dengan wataknya “Jangan takut
paduka, itu hanyalah soal kecil. Jika kita harus melawan kami bersedia mati
sebagai pahlawan. Jika paduka takut berperang tidaklah layak masih hidup di
dunia”.
Ucapan Ranggalawe yang
lantang tersebut membangkitkan semangat dan tekad semua yang hadir, semua
setuju dan bersedia mati untuk Majapahit. Akhirnya utusan Tartar telah datang
dengan 200 orang pengiring lengkap dengan senjata dan menyerahkan surat untuk
menagih janji. Setelah surat dibaca Ken Sora memberitahukan bahwa orang
Majapahit tidak akan mengingkari janji yang telah disepakati tersebut.
Namun demikian putri
Singosari tersebut sangat miris kalau melihat senjata karenanya putri bisa
pingsan. Oleh karena itu simpanlah baik-baik senjata kalian dalam bilik yang
terkunci dan beritahukan kepada pasukan pengawal yang akan menjemput tuan Putri
untuk tidak membawa senjata. Utusan kemudian kembali membawa pesan Ken Sora
kepada kepala pasukan. Tak kurang dari 300 prajurit Tartar kemudian datang
menjemput tuan putri, para pengawal dibawa masuk ke balai panjang untuk di
jamu, para wanitanya dibawa oleh Arya Wiraraja kedalam istana.
Ketika mereka sedang
berpesta dengan serta merta pasukan Majapahit menyerang mereka. Banyak diantara
mereka yang terbunuh, yang selamat kemudian ditawan. Pada tanggal 19 April 1293
Raden Wijaya kemudian menyerang tentara Mongol yang sedang berpesta di Daha dan
Canggu. Penyerangan tersebut dari arah utara dan selatan. Kota Kadiri telah
dikepung, sambil menangkis serangan dari arah selatan mereka bergerak menuju
arah utara mendekati pantai tempat armadanya. Namun dari arah utarapun diserang
juga sehingga tentara Tartar yang terdesak kemudian berbelok kearah barat.
Pasukan Tartar yang
masih tersisa tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian, Ike
Mese memutuskan mundur setelah kehilangan 3.000 orang tentaranya. Betapa
hebatnya serangan Wijaya ini dapat kita perkirakan dari laporan lain yang
menyebutkan, bahwa Shih-pi sampai terputus dari pasukan yang lain.
Ini berarti bahwa
daerah sepanjang jalan antara Kediri dan Ujung Galuh benar-benar dikuasai oleh
pasukan dan rakyat Majapahit. Shih-pi
yang meninggalkan Kadiri beberapa hari kemudian dan terputus dari pasukan yang
lain terpaksa harus dengan bertempur membuka jalan menuju Pacekan dan Ujung Galuh
yang dicapainya dengan susah-payah. Untuk mencapai kapal-kapalnya di muara
sungai ia harus bertempur sepanjang jalan kira-kira 300 li, kira-kira 100 km.
Ia kehilangan lebih
dari 3000 orang tewas dalam pertempuran ini. Ini dapat dibayangkan, bagaimana
jalan pertempuran dan mengapa Shih-pi terpaksa harus menelan kekalahan. Kalau
Kau Hsing yang memimpin divisi infanteri dengan pasukan perintisnya yang
terlatih dapat mematahkan serangan Wijaya, maka pasukan berkuda Tartar yang
berada dalam devisi Shih-pi merupakan makanan empuk bagi pasukan panah
Majapahit, belum lagi kalau kuda-kuda ini dipancing masuk rawa-rawa maka
orang-orang di atas kuda ini merupakan sasaran yang baik bagi anak panah
Majapahit.
Tiga ribu orang yang
tewas ini kira-kira sabagian besar adalah dari kavaleri. Shih-pi rupa-rupanya
dengan tergesa-gesa masuk kapal, karena ia dikejar oleh pasukan Wijaya sampai
dekat Pacekan, di Tegal Bobot Sari. Dari sini ia berlayar selama 68 hari
kembali ke Cina dan mendarat di Chuan-chou. Kekakalahan bala tentara Mongol
oleh orang-orang Jawa hingga kini tetap dikenang dalam sejarah Cina. Sebelumnya
mereka nyaris tidak pernah kalah di dalam peperangan melawan bangsa mana pun di
dunia.
Selain di Jawa, pasukan
Kublai Khan juga pernah hancur saat akan menyerbu daratan Jepang. Akan tetapi
kehancuran ini bukan disebabkan oleh kekuatan militer bangsa Jepang melainkan
oleh terpaan badai sangat kencang yang memporakporandakan armada kapal kerajaan
dan membunuh hampir seluruh prajurit di atasnya.
mau yang asik ? ayam bangkok petarung
BalasHapus