Pada tahun Isaka 1203 (1281 M) dari negeri China datang dua orang
putri Raja Ming / Miao Li (yang dikenal dengan Mauliwarma Dewa)
keturunan Thong (Raja Miao Ciang) / Raja Li, Kerajaan Ming artinya Sinar
/ Surya,wilayah Cina waktu itu / Campa / Melayu (sekarang Malaya)
Singapura atau Tumasek hingga laut Cina Selatan (Nan Hay). Belakangan
berhasil di satukan Madjapahit dan China di kuasai dinasty Cing / Ming
karena Mongol / Khan sudah runtuh, makanya kita disebut bangsa
“INDO-CINA” yang jadi cikal bakal bangsa Indonesia.jadi orang yang
tinggal di daratan China hingga ujung selatan (Melayu) disebut orang
Indo-Cina .
Daratan China ke utara bernama “Mantjupai”.
Madjapahit pun simbolnya Surya / Sinar , sedangkan simbol Raja adalah
Macan putih. Dua Putri Raja Ming / Miao LI tersebut datang lengkap
dengan dayang-dayang, pengawal ,para suhu dan lain-lain, kedua putri
tersebut adalah “ Dara Jingga “ dan adiknya “ Dara Petak ” (Putih),
keadatangan Putri China ini pada jaman Kerajaan Singhasari yaitu pada
masa pemerintahan Sri Kerthanegara / Bathara Siwa tahun isaka 1190-1214
atau tahun (1268-1292 Masehi). Putri Dara Petak bergelar “ Maheswari ”
diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya I / Bhre Wijaya /
Raden Wijaya , Raja Madjapahit pertama yang juga bergelar “ Sri Kertha
Rajasa Jaya Wisnu Wardana ” pada tahun isaka 1216-1231 atau tahun
(1294-1309 Masehi) yang selanjutnya menurunkan Prethi Santana /
keturunan bernama “ Kala Gemet ” yang menjadi Raja Madjapahit kedua pada
tahun 1309-1328 M, yang bergelar “ Jaya Negara ”. Sedangkan Putri Dara
Jingga yang bergelar ‘’ Indreswari’’ atau Li Yu Lan atau Sri
Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Madjapahit)
diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar “ Sri Wilatikta Brahmaraja I
” atau “ Hyang Wisesa “ .
Gelar Li adalah dari Raja Tong “ Li Ti
“ (Li Wang Ti) yang mengirim Putri Macan Putih ke Kahuripan, Sri
Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “ Maha Menteri ” .
Putri Dara Jingga dalam lontar dikenal, yang berbunyi “ Dara Jingga
arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma “ yang selanjutnya menurunkan
putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu :
1-Sri Cakradara ( Suami dari Tri Buwana Tunggadewi Jayawisnuwardani)
2.Arya Dhamar,
yang disebut juga dengan Arya Teja alias Kiyayi Nala atau Adityawarman,
( Yang menaklukan Bali dan Lombok bersama Gajah Mada pada tahun 1342-1343 M )
3.Arya Kenceng, ( Menjadi Raja Tabanan )
4-Arya Kuthawaringin,
5-Arya Sentong
6- Arya Pudak
Setelah Bali dapat ditaklukkan tahun 1342 M, Maka Kyai Nala/Adhitiyawarman melanjutkan untuk menaklukkan Lombok pada tahun 1343 M,setelah Lombok ditaklukkan, maka Kyai Nala/ Adhitiya warman menjadikan putranya menjadi Bhatara di Lombok yang bergelar Bhatara Tunggul Nala.
Bhatara Tunggul Nala mempunyai dua orang putra yang bernama:
1-Denek Mas Muncul yang pada tahun 1352 M diangkat menjadi Datu Bayan oleh Gajah Mada.
2-Denek Mas Pengendengan Segara Kathon yang menyepi ke Daerah Rembitan dan memiliki seorang putra yang bernama Denek Mas Dewa Komala Sempopo yang nantinya mendirikan Kedatuan Pejanggik.
Pejanggik bermula dengan menyepinya Deneq Mas Putra Pengendengan Segara
Katon ke daerah Rambitan. Beliau didampingi oleh putranya, Deneq Mas
Komala Sempopo, yang kemudian menurunkan raja-raja Pejanggik. Dari
keturunan Deneq Mas Komala Dewa Sempopo inilah pada generasi kelima
menurunkan Deneq Mas Komala Sari. Kemudian Deneq Mas Unda Putih pada
generasi keenam dan dilanjutkan oleh Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala
Sari pada generasi ketujuh. Kakak Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari
yang bernama Pemban Mas Aji Komala dilantik sebagai raja muda dan
mewakili Gowa di Sumbawa pada tangga13 November 1648M. Sejak itulah
tercatat bahwakerajaan Pejanggik mulai mengalami perkembangan.
Kerajaan Pejanggik mengalami perkembangan yang semakin pesat setelah
bertahtanya Pemban Mas Meraja Sakti. Beliau kawin dengan putri Raden Mas
Pamekel (Raja Selaparang) bernama Putri Mas Sekar Kencana Mulya. Dewa
Mas Pakel sebagai raja diSelaparang menyadari kekeliruannya selama ini
yang terlalu banyak memperhatikan Sumbawa dan melupakan Pejanggik
yangmerupakan saudaranya. Selanjutnya raja Selaparang menyerahkan
berbagai benda pusaka dalem ke Pejanggik yang merupakan pertanda bahwa
Pejanggik menjadi penerus misi pemersatu di Gumi Sasak.Hal ini membuat
raja muda Raja Mas Kerta Jagat yang merupakan pengganti selanjutnya di
kerajaan Selaparang semakin tersinggung.
Bergabungnya Arya Banjar
Getas membuat Pejanggik semakin kuat. Tetapi hal ini justra menyebabkan
semakin renggangnya hubungan antara Selaparang-Pejanggik.
KerajaanPejanggik pun mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil lainnya
seperti Langko, Sokong, Bayan, Tempit dan Pujut. Kerajaan lainnya
dijadikan kedemungan dengan gelar kerajaan seperti Datu Langko, Datu
Sokong, Datu Pujut dan lain-lainnya. Sedangkan raja Pejanggik sendiri
memakai gelar yang sama dengan kerajaan Selaparang yaitu Pemban. Semua.
itu juga merupakan basil kepiawaian Arya Banjar Getas dalam menjalankan
tugas-tugasnya dalam peperangan. la pun mendapat gelar tanirihan yaitu
"Surengrana" dan "Dipati Patinglanga". Secara bertahap,
strategi-strategi yang digunakan oleh Arya Banjar Getas adalah sebagai
-berikut:
1-.Melakukan konsolidasi ke dalam Pejanggik.
2-Mengisolir Selaparang dengan mendekati kerajaan-kerajaan keluarga Bayan.
3-Menggerogoti kerajaan Selaparang dengan menguasai wilayahseperti
Kopang, Langko, Rarang, Suradadi, Masbagik, Dasan Lekong; Padamara,
Pancor, Kelayu, Tanjung. Kalijaga, barukemudian masuk ke Selaparang.
Arya Banjar Getas melakukan sebuah strategi konsolidasi dengan
menyerahkan keris sebanyak 33buah kepada raja Pejanggik,lalu mengarak
berkeliling dan menyerahkannya kepada para prakanggo untuk kemudian
ditukar dengan keris pusaka masing-masing. Penukaran tersebut merupakan
suatu bentuk kesetiaan dan loyalitas tunggal kepada raja Pejanggik.
Keberhasilan Arya Banjar Getas melakukan berbagai gerakan tersebut
langkah demi langkah disebut Politik Rerepeq.
Bila ditinjau dari
segi kekuasaan, kerajaan Pejanggik sangat solid, akan tetapi
langkah-langkah yang ditempuh oleh Arya Banjar Getas dianggap merombak
tatanan hubungan yang merupakan jalinan yang telah dibina secara
turun-menurun.
Jika kita melihat generasi Kerajaan Pejanggik terdapat Delapan Generasi yaitu:
1-Kiyai Nala /Aditiyawarman adalah generasi ke satu
2-Bethara Tunggul Nala generasi ke dua
3-Deneq Mas Pengendengan Segara Katon Generasi ke tiga
4-Deneq Mas Dewa Komala Sempopo Generasi ke empat
5-Deneq Mas Komala Sari Generasi ke lima
6-Deneq Mas Unda Putih generasi ke enam
7-Deneq Bekem Buta Intan Komala Sari Generasi ke tujuh
8-Maspanji Meraja Komala Sakti Generasi ke delapan
Sebelum
Karangasem melebarkan kekuasaan ke Lombok, untuk penjajakan raja
menjalin lawatan (perkenalan-persahabatan) politik dengan beberapa raja.
Di kerajaan Pejanggik Lombok Tengah, raja berkenalan dengan Datu
Pejanggik Maspanji Meraja Sakti memiliki anak muda bernama Mas Pakel
Ukir. Sebagai tanda perasudaraan, raja Bali mengundang Mas Pakel datang
dan tinggal di Bali alias diangkat menjadi keluarga kerajaan Karangasem.
Mas Pakel adalah seorang pemuda gagah, ganteng, dan sangat sopan,
sehingga para putri raja bahkan istri raja sangat menyukainya.
Akibatnya, keluarga lingkungan kerajaan banyak yang merasa iri atau
sakit hati. Mereka lantas membuat fitnah bahwa: Mas Pakel Ukir merusak
pagar ayu, merusak istri raja, merusak putri-putri raja, yang mestinya
dijaga. Gencarnya profokasi menyebabkan raja termakan oleh cerita ini,
sehingga membuat rekayasa untuk menyingkirkan pemuda Pakel. Pakel
ditunjuk menjadi panglima, dan seolah dikirim untuk melawan musuh.
Namun, di wilayah yang kini ada di kawasan Tohpati Mas Pakel berusaha
untuk dibunuh. Mas Pakel Ukir sangat sakti, sehingga tidak bisa mati.
Meski demikian, Pakel yang sendirian juga tidak bisa selamat dari
pengeroyokan. Konon ia lantas mengambil sikap, ”Saya sekarang tahu bahwa
saya direkayasa untuk dibunuh. Kalau mau membunuh saya bawalah saya ke
Pantai Ujung”.
Proses berikutnya ada tiga versi:Pertama, Di
pantai Mas Pakel tetap gagal dibunuh, sehingga akhirnya diusir balik ke
Lombok dengan memakai perahu kecil (perahu pancing). Adapun makam yang
ada di dekat Panjai Ujung, Karangasem itu, bukan makam Datu Mas Pakel
Ukir (yang dikenal dengan sebutan Sunan Mumbul) tetapi makam Raja
Pejanggik yang ditawan Raja Karangasem hingga meninggal. Kedua, ketika
patih yang ditugaskan untuk membunuh mengayunkan pedang, Mas Pakel
tiba-tiba menghilang dari pandangan dan berlari di atas air. Patih
lantas membuat rekayasa untuk lapor pada raja, dengan membunuh seekor
anjing dan hatinya diserahkan pada raja sebagai bukti bahwa dia telah
menjalankan perintah. Namun, beberapa hari setelah peristiwa itu,
tiba-tiba muncul seberkas sinar tempat Mas Pakel Ukir menghilang, dan
tanah yang semula rata berubah menjadi gundukan menyerupai kuburan.
Sejak itulah Mas Pakel dijuluki dengan sebutan Sunan Mumbul. Ketiga,
Pakel akhirnya memang dibunuh, karena dia telah melepaskan kesaktian.
Mayatnya dikubur di Pantai itu. Namun, ketika hendak dibunuh dia
mengeluarkan kutukan: ”siapapun yang membunuh, semua keturunannya kalau
lewat lokasi ini akan sakit jika tak bisa kencing di sekitar sini”.
Perkataan Pakel ini dipercaya menjadi tuah oleh komunitas Hindu
setempat. ”Saya kenal I Gede Gusti Putu. Dia nunggu dulu nggak mau lewat
kalau belum kencing. Kalau belum kencing ndak berani lewat katanya.
Makam yang dipercaya sebagai kuburan Mas Pakel ini kini biasa diziarai
terutama pada Hari Raya Idul Fitri.
Namun jika kita lihat
tentang berita dari Lombok ,bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh,namun
diberikan sebuah perahu untuk kembali ke Pulau Lombok,dan Patih Kerajaan
Karang Asem yang ditugaskan untuk membunuh Mas Pakel Ukir membuat
laporan kepada Raja,bahwa Mas Pakel Ukir telah dibunuhnya di Pantai
Ujung.Sebagai bukti bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh dan kembali ke
Lombok yaitu adanya keturunannya yang sampai saat ini masih ada di
Lombok yaitu di sekitar wilayah Kateng dan Mangkung.
Di Lombok menurut
beberapa sumber disebutkan Putri dari Mas
Pakel Ukir dinikahkan dengan
Putra Maspanji Komala Patria yang melahirkan seorang putra bernama
Maspanji Turu ,dan mas Maspanji Turu melahirkan tiga orang putra yang
bernama :
1-Denek Laki ( Demung ) Nanggali yang beranak pinak di Kateng
2-Denek Laki ( Demung ) Suwa yang beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki ( Demung ) Paritu yang beranak pinak di Selebung Ketangga
Terkait Mas Pakel dalam konteks sejarah penaklukan Lombok oleh Karangasem, terdapat dua interpretasi sejarah.
Pertama, Pengangkatan Mas Pakel sebagai saudara kerajaan dan
dipersilahkan tinggal di Karangasem, sejak awal telah dirancang untuk
wahana penjajakan kekuatan: Ingin tahu berapa kekutannya, dan berapa
prajuritnya. Jadi dengan adanya Datuk Mas Pakel atau disebut juga Datuk
Pemuda Mas diambil sebagai saudara, kerajaan Karangasem bisa leluasa
kesana-kemari untuk menyelidiki kekuatan lawan. Setelah mengetahui
kekuatan dan kelemahan Lombok, Mas Pakel Ukir yang tidak lagi
“dibutuhkan” disingkirkan, sedangkan penaklukan atas Lombok segera
dilakukan. Jadi, pengusiran/pembunuhan Pakel dengan alasan ”merusak
pagar ayu keraton”, hakekatnya sengaja direncanakan untuk mencari alasan
permusuhan alias pengabsah bagi Karangasem untuk melakukan penyerangan
terhadap Lombok.
Kedua, kemungkinan lain raja Karangasem memang
tidak melakukan rekayasa, tetapi murni ingin membangun persahabatan
dengan Lombok termasuk dengan mengangkat saudara Mas Pakel. Tetapi, raja
akhirnya termakan fitnah yang dibangun elemen kerajaan yang anti Islam
dan anti Mas Pakel . Akibatnya, raja Anak Agung Anglurah Ketut
Karangasem benar-benar marah, mengusir/membunuh Mas Pakel, bahkan
akhirnya melampiaskan kemarahan dengan melakukan perang penaklukan
terhadap Lombok (Selaparang dan Pejanggik).
Pada tahun 1692M terjadi
pemberontakan Banjar Getas. dalam pemberontakan tersebut Arya Banjar
Getas meminta bantuan kerajaan Karangasem Bali, sehinggaPejanggik dapat
dikalahkan. Raja Pejanggik ditawan dan diasingkan, kemudian wafat di
Ujung Karangasem. Sedangkan para bangsawan Pejanggik diantara Maspanji
Meraja Kusuma mengungsi ke Sumbawa yang nanti pulang kembali ke Sakre
Lombok Timur,dan keturunan Pejanggik lainnya mengungsi ke tempat tempat
yang aman di Pulau Lombok.
Salah Seorang keturunan Datu Pejanggik
bernama Maspanji Komala Patria putranya dari Deneq Mas Bekem Buta Intan
Komala Sari dan kakak dari Denek Mas Bekem Buta Intan Komala Sari yang
bernama Mas Aji Komala yang dilantik menjadi
Raja di Sumbawa mewakili Gowa tahun 1648 M, dan salah satu putra dari
Denek Mas Bekem Buta Intan Komala Sari
bernama Maspanji Meraja Komala Sakti diangkat menjadi datu Pejanggik
tahun 1649 -1696 M.Ketika terjadi penyerangan Pasukan Gabungan Banjar
Getas dan Pasukan Anak Agung Karang Asem terhadap Pejanggik,maka
Pejanggik runtuh .Pada waktu itu Maspanji Komala Patria mengungsi ke
tempat yang
dianggap aman,yaitu sebuah tempat di dekat Batu Dendeng yaitu yang
dikenal dengan daerah Penenges.Setelah beberapa tahun di Penenges dia
menikah seorang putri dari Kateng yaitu Putrinya Denek Laki Mas Pakel
Ukir yaitu salah seorang dari keturunan Pejanggik juga .Dari pernikahan
Maspanji
Patria dengan Putrinya Denek Laki Mas Pakel Ukir,dia menpunyai seorang
putra yang
bernama Maspanji Turu.
Setelah beranjak Dewasa Maspanji Turu pun menikah dan menpunyai tiga orang putra yaitu:
1-Denek Laki Nanggali menetap di Kateng dan beranak pinak di Kateng.
2-Denek Laki Suwa menetap di Mangkung dan beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki Paritu menetap di Ketangga dan beranak pinak di Ketangga.
Diceritakan Denek Laki Nanggali di Kateng mempunyai empat orang putra yaitu:
1-Denek Laki Supria
2-Denek Laki Senjata
3-Denek Laki Gorayang
4-Denek Laki Galang
Dikisahkan keempat putra Denek Laki Nanggali ini sangat pemberani
,kebal senjata dan sakti mandraguna.karena rasa patiotismenya terhadap
Pejanggik,yang telah diruntuhkan oleh Arya Banjar Getas dan Anak Agung
Karang Asem,maka keempat putra tersebut memutuskan untuk memberontak
kepada kekuasaan Banjar Getas dan Anak Agung Karang Asem.
Namun
pemberotakan dari keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut dapat
dipadamkan dengan siasat yang dilakukan oleh Anak Agung Karang
Asem,yaitu dengan menawan istri,anak dan keluarganya.Dengan berat hati
dan terpaksa Denek Laki Supria,Denek Laki Senjata,Denek Laki Gorayang
dan Denek Laki Galang menyerah dan meletakkan senjata bersama
pasukannya.
Keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut ditangkap dan di bawa ke Mayura Cakranegara untuk diadili.
Menurut keputusan Pengadilan setelah diadakan sidang,maka Denek Laki
Supria,Denek Laki Senjate,Denek Laki Gorayang,Denek Laki Galang dijatuhi
hukuman mati oleh Pengadilan Kerajaan.Ketika akan dilaksanakan ekskusi
kepada empat putera Denek Laki Nanggali tersebut,para algojo menjadi
kebingungan sendiri,karena keempat putera dari Denek Laki Nanggali
tersebut kebal senjata,tidak mempan oleh senjata apapun juga,hal ini
membuat para algojo menjadi kewalahan.Berbagai upaya yang dilakukan
untuk melenyapkan mereka namun sia sia sia belaka.Akhirnya Penasihat
Kerajaanpun menyarankan agar ekskusi ditunda sementara,untuk menanyakan
permintaan terakhir dari para terdakwa ,supaya mereka mau membuka rahsia
kelemahan dari ilmu kekebalan dan kesaktian yang mereka miliki,dan dan
mereka ikhlas mati .Maka Penasihat Kerajaan brtanya kepada keempat
putera Denek Laki Nanggali tersebut ,tentang apa permintaan dan
keinginan mereka.Penasihat Kerajaan berkata ," Apakah permintaan dan
keinginan terakhir kalian,supaya kalian ikhlas mati ?",Maka salah satu
dari mereka berkata ",Kami ikhlas mati jika Raja sanggup berjanji ,untuk
memelihara dan melindungingi istri,anak dan keluarga kami ".Dan
permintaan tersebut dikabulkan oleh Anak Agung Karang Asem.dan berjanji
disaksikan oleh para Pembesar Kerajaan,Para menteri dan Para Pendeta/Ida
Pedanda.untuk memilihara dan melindungi istrik,anak dan keluarga
mereka.Setelah janji dikrarkan ,maka keempat putera Denek Laki Nanggali
tersebut siap untuk diekskusi,dengan membuka segala rahasia ilmu
kekebalan dan kesaktiannya,sehingga ekskusi tersebut dapat
terlaksana.Setelah pelaksanaan ekskusi selesai keempat jenazah tersebut
dilayonkan/dimakamkan di Kamasan Mataram.
Untuk menepati janjinya
Anak Agung Karang Asem memberikan tanah ,rumah dan fasilitas lainnya
kepada istri,anak dan kelurganya di Karang Taruna Mataram,dan putera
putera dari Denek Laki Supria,Denek Laki Senjate,Denek Laki
Gorayang,Denek Laki Galang dipelihara layaknya sebagai keluarga
kerajaan.
Dikisahkan selanjutnya Denek Laki Supria yaitu salah satu
dari putera Denek Laki Nanggali yang telah diekskusi oleh oleh Anak
Agung Karang Asem,mempunyai tiga orang putera yang bernama :
1-Demung Runtuh
2-Demung Purwata
3-Demung Munggah,
dan Denek Laki Supria mempunyai seorang putri yang bernama Denek Bini
Keraeng dan lebih populer di Lombok dikenal dengan nama Denek Bini
Jeraeng,dan dinamakan Denek Bini Keraeng karena dia menikah dengan
seorang ulama yang berasal dari Gowa bernama Kiyai Keraeng/Kiyai Jeraeng
yang datang dari Gowa melalui Sumbawa.
Dari ketiga putra dan
seorang putri dari Denek Laki Supria ,Demung Runtuhlah yang paling
pandai,cerdas,berani,berwibawa dan bijaksana,oleh sebab itu Anak Agung
Karang Asem mengangkat Demung Runtuh menjadi Datu yang memerintah orang
orang sasak di Lombok,yang wilayahnya meliputi,Dayan Jangkuk/Utara Kali
Jangkuk,wilayah Mataram,Ampenan,terus ke selatan di Lauq Babak
/Selalatan Kali Babak seperti Kediri, Gerung, Kuripan, Lembar,
Sekotong,dan ketimur meliputi Puyung, Sukarare, Ranggegate, Penujak,
Mangkung,Kateng,Pengembur ,Selong Belanak.Pusat Pemerintahan Demung
Runtuh di Mataram tepatnya di Pendopo Kantor Gubernur NTB yang
sekarang.dan Demung Purwata,dan Demung Munggah kembali ke Kateng tempat
tanah leluhur,sedangkan Denek Bini Keraeng tetap tinggal di Mataram dan
suaminya Kiyai Keraeng dijadikan sebagai Penghulu di Mataram oleh Demung
Runtuh.
Demung Runtuh mempunyai tiga orang putera yang bernama:
1-Demung Putrawangsa
2-Demung Putraji
3-Demung Putradi,
dan ia mempunyai dua orang putri yang bernama :
1-Denek Bini Tegari
2-Denek Bini Haji Ali
Setelah Demung Runtuh wafat maka wilayah kekuasaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1-Demung Putrawangsa memerintah wilayah Mataram,Ampenan,Dasan
Agung,Kekalek,Pagutan ,Sekar Bela atau wilayah tengah yaitu di selatan
kali Jangkuk,sampai di utara kali Babak.
2-Demung Putraji memerintah di wilayah selatan Kali Babak sampai Sekotong,Selong Belanak.
3-Demung Putradi memerintah di utara kali Jangkung dan daerah sekitarnya.
Diceritakan Demung Putrawangsa menpunyai dua orang putra yaitu :
1-Haji Nurdin
2-Mamiq Nursaid
Setelah terjadi perang puputan Cakranegara,Mataram ,Haji Nurdin pulang
kembali ke Kateng dan wafat di Kateng,dan dilayonkan di Makam Peringga
Kateng,sedangkan keluarga lainnya pulang ke Kebon Orong Bare Bokong.
Dari Haji Nurdin inilah Lahir Lalu Dirajab mempunyai putra putri yaitu :
1-Baiq Tale
2-Lalu Munggah
3-Baiq Waringin.
4-Baiq Rumayat
5-Lalu April
6-Lalu Imbong
7-Lalu Meidin
8-Lalu Syamsul Hakim
9-Baiq Gusniati
10-Baiq Juni
11-Lalu Ari
Dan pada akhir hayatnya Lalu Dirajab wafat di Selebung Ketangga,dan
dilayonkan di Keruak Lombok Timur.Dari Putranya Lalu Dirajab yang
bernama Lalu Munggah ,maka lahirlah lima orang putra putri yaitu :
1-Lalu Husnul Yaqien Juniansyah
2-Baiq Wiwik Marlina
3-Baiq Eliana
4-Baiq Erni Mahida
5-Lalu Ikhwanuul Kamal