Senin, 23 September 2019

SILSILAH PEMBINA UTAMA MPSSGI



SILSILAH EMBINA UTAMA MPSSGI

1.KUDUNGGA ( Kutai )
2.ASWAWARMAN
3.MULAWARMAN
4.MAHARAJA IRWANSYAH
5.MAHARAJA SRI ASWAWARMAN
6.MAHARAJA MARAWIJAYA WARMAN
7.MAHARAJA GAJAYANA WARMAN
8.MAHARAJA TUNGGA WARMAN
9.MAHARAJA JAYASINGA WARMAN
10.MAHARAJA NALASINGA WARMAN
11.MAHARAJA NALAPRANA WARMAN
12.MAHARAJA GADINGGA WARMAN
13.MAULI WARMANDEVA ( Darmasraya Sumatera )
14.KESARI DALEM WARMANDEVA ( Bedahulu Bali )
15.TABANENDRA WARMANDEVA
16.CANDRABHAYA WARMANDEVA
17.JANASADHU WARMANDEVA
18.MAHARAJA SRIWIJAYA WARMANDEVA
19.UDAYANA WARMANDEVA
20.AIRLANGGA ( Medang Kemulan Pasuruan )
21.SRI SMARAJAYA
22.SRI JAYAWARSA
23.SRI BAMESWARA
24.SRI JAYABHAYA
25.SRI SARWESWARA
26.SRI AYESWARA
27.SRI GANDRA
28.SRI KAMESWARA
29.SRI KERTAJAYA
30.SRI JAYASABHA
31.SRI SASTRAJAYA
32.SRI SAMARAJAYA .
33.ADWAYA BRAHMAN ( Menteri Hino Singosari Bergelar Sri Jayasabha Brahmaraja )
34.KIYAYI NALA /ADITIYA WARMAN
35.BHATARA TUNGGUL NALA ( Labuhan Lombok )
36.DENEK MAS PUTRA PENGENDENGAN SEGARA KATHON ( Rembitan Lombok )
37.DENEK MAS DEWA KOMALA SEMPOPO
38.DENEK MAS KOMALA AJI
39.DENEK MAS UNDA PUTIH
40.DENEK MAS BUTHA BEKEM INTAN KOMALA SARI
41.DENEK MAS KOMALA PATRIA ( Penenges Kateng )
42.MASPANJI TURU
43.DENEK LAKI NANGGALI
44.DENEK LAKI SUPRIA
45.DEMUNG RUNTUH ( Mataram )
46.DEMUNG PUTRAWANGSA
47.HAJI NURDIN
48.LALU DIRAJAB ( Selebung Ketangga )
49.LALU MUNGGAH ( Selat Narmada )
50.LALU HUSNUL YAQIEN JUNIANSYAH

KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.

Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Nama "Kediri" atau "Kadiri" sendiri berasal dari kata Khadri yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon pacé atau mengkudu (Morinda citrifolia). Batang kulit kayu pohon ini menghasilkan zat perwarna ungu kecokelatan yang digunakan dalam pembuatan batik, sementara buahnya dipercaya memiliki khasiat pengobatan tradisional.

Perkembangan kerajaan

Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.

Chou Ju-kua menggambarkan di Jawa penduduknya menganut 2 agama : Buddha dan Hindu. Penduduk Jawa sangat berani dan emosional. Waktu luangnya untuk mengadu binatang. Mata uangnya terbuat dari campuran tembaga dan perak.

Buku Chu-fan-chi menyebut Jawa adalah maharaja yang punya wilayah jajahan : Pai-hua-yuan (Pacitan), Ma-tung (Medang), Ta-pen (Tumapel, Malang), Hi-ning (Dieng), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang Surabaya), Tung-ki (Jenggi, Papua Barat), Ta-kang (Sumba), Huang-ma-chu (Papua), Ma-li (Bali), Kulun (Gurun, Lombok ), Tan-jung-wu-lo (Tanjungpura di Borneo), Ti-wu (Timor), Pingya-i (Banggai di Sulawesi), dan Wu-nu-ku (Maluku).

Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut.

Karya sastra yang telah ditulis


Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.

Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.


Keruntuhan .


Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.

Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.

Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

Daftar raja-raja

Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Daha, ibu kota Kadiri.

Pada saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh

Airlangga, merupakan pendiri kota Daha sebagai pindahan kota Kahuripan. Ketika ia turun takhta tahun 1042, wilayah kerajaan dibelah menjadi dua. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian barat, yaitu Panjalu.
Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga tersebut sebelum dibelah sudah bernama Panjalu.

Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu

Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari

Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja Daha zaman Singhasari, yaitu:

Pada saat Daha menjadi ibu kota Kadiri

Jayakatwang, adalah keturunan Kertajaya yang menjadi bupati Gelang-Gelang. Tahun 1292 ia memberontak hingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singhasari. Jayakatwang kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri. Tapi pada tahun 1293 ia dikalahkan Raden Wijaya pendiri Majapahit.

Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit

Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha tetapi hanya bersifat simbol, karena pemerintahan harian dilaksanakan oleh patih Daha. Bhre Daha yang pernah menjabat ialah:
  1. Jayanagara 1295-1309 Nagarakretagama.47:2; Prasasti Sukamerta - didampingi Patih Lembu Sora.
  2. Rajadewi 1309-1375 Pararaton.27:15; 29:31; Nag.4:1 - didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada.
  3. Indudewi 1375-1415 Pararaton.29:19; 31:10,21
  4. Suhita 1415-1429 ?
  5. Jayeswari 1429-1464 Pararaton.30:8; 31:34; 32:18; Waringin Pitu
  6. Manggalawardhani 1464-1474 Prasasti Trailokyapuri

Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit

Menurut Suma Oriental tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 Daha menjadi ibu kota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan oleh Sultan Trenggana raja Demak tahun 1527.
Sejak saat itu nama Kediri lebih terkenal daripada Daha. Dan pada saat ini berdasarkan peta daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan peta Provinsi Jawa Timur maka dapat dilihat bahwa Kota Daha pada saat ini berada di daerah sekitar Pare-Kandangan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang memiliki banyak peninggalan arkeologis sampai sekarang.

Daftar pustaka


  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.

Minggu, 22 September 2019

RUNTUHNYA KERAJAAN KEDIRI





Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama..Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu

Adwaya Brahma adalah keturunan ke 3 dari Jayashaba ( putra dari Sri Kertajaya ) menjadi Menteri Hino pada zaman Raja Kertanegara ( Shingasari ) ,Adwaya Brahma bergelar Sri Jayashaba Brahmaraja  yang kawin dengan Putri China yang bernama Dara Jingga.

Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari

Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja Daha zaman Singhasari, yaitu:

Sabtu, 21 September 2019

KRONIK CHINA TENTANG KIYAI NALA



Pada tahun Isaka 1203 (1281 M) dari negeri China datang dua orang putri Raja Ming / Miao Li (yang dikenal dengan Mauliwarma Dewa) keturunan Thong (Raja Miao Ciang) / Raja Li, Kerajaan Ming artinya Sinar / Surya,wilayah Cina waktu itu / Campa / Melayu (sekarang Malaya) Singapura atau Tumasek hingga laut Cina Selatan (Nan Hay). Belakangan berhasil di satukan Madjapahit dan China di kuasai dinasty Cing / Ming karena Mongol / Khan sudah runtuh, makanya kita disebut bangsa “INDO-CINA” yang jadi cikal bakal bangsa Indonesia.jadi orang yang tinggal di daratan China hingga ujung selatan (Melayu) disebut orang Indo-Cina .


Daratan China ke utara bernama “Mantjupai”. Madjapahit pun simbolnya Surya / Sinar , sedangkan simbol Raja adalah Macan putih. Dua Putri Raja Ming / Miao LI tersebut datang lengkap dengan dayang-dayang, pengawal ,para suhu dan lain-lain, kedua putri tersebut adalah “ Dara Jingga “ dan adiknya “ Dara Petak ” (Putih), keadatangan Putri China ini pada jaman Kerajaan Singhasari yaitu pada masa pemerintahan Sri Kerthanegara / Bathara Siwa tahun isaka 1190-1214 atau tahun (1268-1292 Masehi). Putri Dara Petak bergelar “ Maheswari ” diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya I / Bhre Wijaya / Raden Wijaya , Raja Madjapahit pertama yang juga bergelar “ Sri Kertha Rajasa Jaya Wisnu Wardana ” pada tahun isaka 1216-1231 atau tahun (1294-1309 Masehi) yang selanjutnya menurunkan Prethi Santana / keturunan bernama “ Kala Gemet ” yang menjadi Raja Madjapahit kedua pada tahun 1309-1328 M, yang bergelar “ Jaya Negara ”. Sedangkan Putri Dara Jingga yang bergelar ‘’ Indreswari’’ atau Li Yu Lan atau Sri Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Madjapahit) diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar “ Sri Wilatikta Brahmaraja I ” atau “ Hyang Wisesa “ .



Gelar Li adalah dari Raja Tong “ Li Ti “ (Li Wang Ti) yang mengirim Putri Macan Putih ke Kahuripan, Sri Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “ Maha Menteri ” . Putri Dara Jingga dalam lontar dikenal, yang berbunyi “ Dara Jingga arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma “ yang selanjutnya menurunkan putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu : Sri Cakradara, Arya Dhamar, yang disebut juga dengan Arya Teja alias Kiyayi Nala atau Adityawarman, Arya Kenceng, Arya Kuthawaringin, Arya Sentong dan Arya Pudak yang kemudian menjadi Penguasa / Raja Di Bali. Juga disebutkan dalam kitab Cina Yin Yai Sin Land dan lontar Madjapahit bahwa pada pemerintahan Jaya Negara (Raja Madjapahit Kedua), Arya Damar (Adityawarman) yang masih saudara raja diutus sebagai wakil Madjapahit ke negeri Cina (1325 M), demikian juga pada masa pemerintahan Sri Tribuana Tungga Dewi , Arya Dhamar diberi gelar “ Arya Dewa Raja Pu Aditya ” ditulis pada prasasti Blitar (1331 M) dan oleh Ratu Tri Buana Arya Damar diutus kembali ke negeri Cina pada tahun 1332 M.


Di China Arya Damar di terima oleh kaisar Cing Wang (Raja Cing) dan di akui sebagai Sekiya Li Yu Lan / keturunan Putri Raja Li yang bernama Yulan,di Cina Dinasty yang sudah berusia 2500 tahun ini sangat disegani karena Raja Dinasty Li adalah termasuk Kerajaan Pemersatu yang disebut Kerajaan THANG / TONG yang menghasilkan Dewi Kwan Im / Avalokitesvara dan di puja seantero dunia termasuk Madjapahit, Dinasty Li ini tersebar di Indo China termasuk Perdana Menteri Singapura yang terkenal Li Kwan Yu jadi gelar Li itu sangat hebat karena berarti, Indonesia kurang memperhatikan sejarah / tulisan China karena pada zaman Orde Baru melarang tulisan China bahkan sekolah yang berbau China ditutup.tulisan tulisan China atau berita dari China sangat dibutuhkan karena akan mengungkap sejarah bangsa Indonesia yang mempunyai budaya yang adi luhung pada zaman kerajaan Madjapahit yang mempersatukan Nusantara dan sistimnya di pakai oleh seluruh dunia dengan adanya bukti , bahwa semua negara memilih perdana menteri untuk menjalankan pemerintahan.

Sabtu, 28 Oktober 2017

SEKILAS TENTANG TARUMANEGARA,GALUH PAKUAN & KALINGGA


Salakanagara


Rajatapura atau Salakanagara (Kota Perak) tercantum dalam Naskah Wangsakerta sebagai kota tertua di Pulau Jawa. Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Kota ini sampai tahun 362 M menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Wangsa Warman  I - VIII.

Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah seorang Wangsa Warman yang jika ditelusuri sejarahnya,Wangsa Warman ini berasal dari nama Wangsa dari daerah Champa/China yang masih memiliki pertalian darah dengan Kerajaan Kutai yang menggunakan nama Wangsa Warman.Seperti yang disebut dalam babad Bali Sri Kesari Dalem Warman Dewa yang mengalahkan  Ratu Urgasena/ Maya Denawa merupakan keturunan Warwan dari Darmaseraya yang memiliki pertalian darah dengan Kutai yaitu Kudungga.

Kudungga adalah raja Kutai pertama yang merupakan penduduk asli Kalimantan yang menikah dengan seorang putri Champa/China dari Wangsa Warman,karena sangat cintanya kepada istrinya,maka keturunannya diberikan gelar Wangsa Warman.Hal terbukti dari nama gelar keturunannya seperti Purna Warman,Mula Warman dan lain-lain.Menurut babad Airlangga di Bali disebutkan bahwa keturunan Wangsa Warman menyebar ke Sumatra yaitu Mauli Warman Dewa yang mendirikan Kerajaan Darmaseraya, dan keturunannya yang ke Jawa Jayasinga Warman mendirikan Kerajaan Tarumanegara,dan Kesari Dalem Warman Dewa mendirikan Kerajaan di Bali yang akan menurunkan diantaranya Tabanendra Warman Dewa,Udayana Warman Dewa ,Airlangga dan lain-lain.

Tarumanagara


Berikut adalah raja-raja Tarumanagara:
  1. Jayasingawarman (358 - 382) Jayasingawarman pendiri Tarumanagara .Setelah Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
  2. Dharmayawarman (382 - 395 M) Dipusarakan di tepi kali Candrabaga.
  3. Purnawarman (395 - 434 M) Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga?) di Jawa Tengah. Secara tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
  4. Wisnuwarman (434-455)
  5. Indrawarman (455-515)
  6. Candrawarman (515-535 M) Pada tahun 535 M terjadinya Meletus Gunung Krakatau yang sangat dasyat yang menyebabkan tsunami yang sangat besar dan berdampak pada seluruh dunia
  7. Suryawarman (535 - 561 M) Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan yang terkenal dengan Kerajaan Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Sedangkan putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
  8. Kertawarman (561 - 628) Rakeyan Sancang (lahir 591 M) putra Raja Kertawarman (Kerajaan Tarumanagara 561 – 618 M). Raja Suraliman Sakti (568 – 597) putra Manikmaya cucu Suryawarman Raja Kerajaan Kendan adalah saudara sepupu Rakeyan Sancang
  9. Sudhawarman (628-639)
  10. Hariwangsawarman (639-640)
  11. Nagajayawarman (640-666)
  12. Linggawarman (666-669) Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
  13. Tarusbawa (669 – 723 M) Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (Sena, Sanna atau Bratasena) berjodoh dengan Sanaha puteri Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.

Sabtu, 21 Oktober 2017

MASUKNYA AGAMA ISLAM DI BAYAN



Islam masuk di Bayan Lombok tidak terlepas dari perkembangan Agama Islam di Tanah Jawa yang disebarkan oleh Wali Songo, Agama Islam masuk melaui pesisir utara Pulau Lombok pada masa Sunan Dalem ( 1505-1545 M ) menjadi Raja Gersik yaitu putera dari Sunan Giri Kedaton. Agama Islam di Bayan awalnya dibawa oleh pedagang pedagang dari Gersik Jawa Timur melalui
Pelabuhan Carik, dan dilanjutkan oleh generasi ke 4 Gersik yaitu cucu dari Sunan Dalem yaitu Sunan Prapen ( 1548-1602 M ),dan salah seorang Murid Syeikh Siti Jenar bernama Kebo Kanigoro yang dikenal dengan nama Sunan Pengging datang ke Lombok ketika terjadi gonjang ganjing tentang ajaran Syeikh Siti Jenar di Demak Bintoro.

Pada tahun 1510 M Kebo Kanigoro yang lahir tahun 1472 M menurut babad Tanah Jawi, hijrah ke Lombok hal tersebutbukan karena tidak tertarik terhadap tahta Majapahit yg jatuh ketangannya, tapi atas pertimbangan keselamatan jiwanya, sehingga membuatnya untuk hijrah ke tempat yg lebih aman dan mendirikan kerajaan baru ditempatnya yg baru, beliau menikah dengan putri dari Kerajaan Purwadadi Lombok bernama Dewi Kencana Sari,dan di Lombok dikenal dengan nama Sunan Pengging.Sunan Pengging menyebarkan agama Islam di daerah Purwa ,Pujut dan pindah ke Bayan tahun 1517 M,dan di Bayan Sunan Pengging dikenal dengan nama Pangeran Mangkubumi,Sunan Pengging menanamkan tentang prinsip dasar diterima dari gurunya Syeikh Siti Jenar Wetu Telu ketika masih di Jawa seperti dialog di bawah ini antara Syeikh Siti Jenar dan Kebo Kanigoro /Sunan Pengging :

“Ada berapa cara yang saling berbeda dari kemunculan makhluk-makhluk di dunia ini. Tolong jelaskan pada kami, cara apa saja itu dan disebut apa proses kemunculan makhluk-makhluk di dunia ini?,”

Kebo kanigoro tercekat kaget, lama ia tidak menjawab, akhirnya ia mengembalikan kepada Syekh Siti Jenar, “kami tidak bisa menjawab pertanyaan tuan Syaikh, kami mohon penjelasan.”

“Ketahuilah pangeran kebo Kanigoro, kemunculan makhluk hidup di dunai ini melalui tiga cara berbeda yang disebut wetu telu (keluar tiga).

1-Pertama, adalah yang disebut menganak (melahirkan).
2-Kedua, mengendong (melalui telur).
3-Ketiga, masemi (tumbuh).

Seluruh makhluk hidup yang memiliki daun telinga, umumnya muncul di dunia melalui cara menganak. Sedang makhluk-makhluk yang tidak memiliki daun telinga umumnya muncul ke dunia melalui mengendong. Dan semua makhluk hidup yang muncul tidak memiliki cara menganak atau mengendong, umumnya muncul ke dunia melalui cara masemi.”

Maka dengan hijrahnya Sunan pengging ke Lombok yang mengajarkan prinsip dasar Wetu telu,dan keturunan Sunan Pengging sangat banyak di Lombok dan sudah menyebar hingga ke Jawa sampai saat ini

Agama Islam menjadi agama negara di Kedatuan Bayan pada tahun 1515 M,dan pertama memeluk agama islam dari kalangan keluarga Datu Bayan adalah Titi Mas Supakel,menurut sejarah Bayan Titi Mas Supakel mempunyai 3 orang putra dan seorang putri yaitu :

1-Titi Mas Perempung
2-Titi Mas Muter Jagat
3-Titi Mas Bunbunan
4-Titi Mas Pande ( putri )
5-Titi Mas Sunsunan

Ketika Agama Islam masuk di Bayan ,maka putra putra Datu Bayan dikhitan sesuai dengan syariahislam,namun seorang putra dari Titi Mas Supakel yang bernama Titi Mas Bunbunan menolak untuk dikhitan,dan Titi Mas Bunbunan pindah ke Bali dan tetap memeluk Agama Hindhu,dan Titi Mas Sunsunan dikirim oleh ayahnya ke Pejanggik dan menetap di sana dan menikah dengan putri Datu Pejanggik,adpun Datu Pejanggik pada saat itu adalah  Titi Mas Komala Aji,dari pernikahan Titi Mas Sunsunan dan putri Pejanggik tersebut, maka lahirlah Titi Mas Mutering Gumi dan Titi Mas Mutering Gumi mempunyai salah seorang putra bernama Titi Mas Pakel Ukir .Setelah Agama Islam berkembang di Bayan,maka Datu Bayan Titi Mas Supakel pindah ke Gunung Batua,dan pemerintahan diserahkan kepada putranya yang paling besar bernama Titi Mas Perempung tahun 1552 M,namun pemerintahannya tidak berlangsung lama ,maka pada tahun 1560 M pemerintahan diserahkan kepada adik perempuannya yang bernama Titi Mas Pande yang bergelar Ratu Mas Bayan Agung dalam pemerintahan Ratu Mas Bayan Agung ini Agama Islam berkembang di Bayan dan Kedatuan Bayan berkembang maju,karena Ratu Mas Bayan Agung dikenal memerintah dengan adil dan bijaksana.

Titi Mas Supakel memerintahkan seorang puteranya yang bernama Titi Mas Muter Jagat untuk pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan belajar agama di Mekah,dan di Mekah Titi Mas Muter diganti namanya menjadi Syeikh Nurul Rosyid,ketika Syeikh Nurul Rosyid pulang kembali ke Bayan .Syeikh Nurul Rosyid singgah dulu di Bagdad ,dan di Bagdad ia menuntut ilmu kepada seorang mursyid.dan di Bagdad Syeikh Nurul Rasyid diberikan nama gelar oleh Gurunya dengan nama Gosz Abdur Razaq.

Dengan kembalinya Titi Mas Muter Jagat atau Gaosz Abdur Razaq ,maka ia mulai menyebarkan agama Islam di Bayan bersama Sunan Prapen,dan mendirikan Masjid Bayan pada tahun 1578 M,yang sampai saat ini masih berdiri sebagai bukti sejarah tentang perkembangan agama islam di Bayan

Kamis, 19 Oktober 2017

SILSILAH SINGGKAT PEMBINA UTAMA MPSSGI




Pada tahun Isaka 1203 (1281 M) dari negeri China datang dua orang putri Raja Ming / Miao Li (yang dikenal dengan Mauliwarma Dewa) keturunan Thong (Raja Miao Ciang) / Raja Li, Kerajaan Ming artinya Sinar / Surya,wilayah Cina waktu itu / Campa / Melayu (sekarang Malaya) Singapura atau Tumasek hingga laut Cina Selatan (Nan Hay). Belakangan berhasil di satukan Madjapahit dan China di kuasai dinasty Cing / Ming karena Mongol / Khan sudah runtuh, makanya kita disebut bangsa “INDO-CINA” yang jadi cikal bakal bangsa Indonesia.jadi orang yang tinggal di daratan China hingga ujung selatan (Melayu) disebut orang Indo-Cina .

Daratan China ke utara bernama “Mantjupai”. Madjapahit pun simbolnya Surya / Sinar , sedangkan simbol Raja adalah Macan putih. Dua Putri Raja Ming / Miao LI tersebut datang lengkap dengan dayang-dayang, pengawal ,para suhu dan lain-lain, kedua putri tersebut adalah “ Dara Jingga “ dan adiknya “ Dara Petak ” (Putih), keadatangan Putri China ini pada jaman Kerajaan Singhasari yaitu pada masa pemerintahan Sri Kerthanegara / Bathara Siwa tahun isaka 1190-1214 atau tahun (1268-1292 Masehi). Putri Dara Petak bergelar “ Maheswari ” diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya I / Bhre Wijaya / Raden Wijaya , Raja Madjapahit pertama yang juga bergelar “ Sri Kertha Rajasa Jaya Wisnu Wardana ” pada tahun isaka 1216-1231 atau tahun (1294-1309 Masehi) yang selanjutnya menurunkan Prethi Santana / keturunan bernama “ Kala Gemet ” yang menjadi Raja Madjapahit kedua pada tahun 1309-1328 M, yang bergelar “ Jaya Negara ”. Sedangkan Putri Dara Jingga yang bergelar ‘’ Indreswari’’ atau Li Yu Lan atau Sri Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Madjapahit) diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar “ Sri Wilatikta Brahmaraja I ” atau “ Hyang Wisesa “ .

Gelar Li adalah dari Raja Tong “ Li Ti “ (Li Wang Ti) yang mengirim Putri Macan Putih ke Kahuripan, Sri Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “ Maha Menteri ” . Putri Dara Jingga dalam lontar dikenal, yang berbunyi “ Dara Jingga arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma “ yang selanjutnya menurunkan putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu :
 1-Sri Cakradara ( Suami dari Tri Buwana Tunggadewi Jayawisnuwardani)
 2.Arya Dhamar, yang disebut juga dengan Arya Teja alias Kiyayi Nala atau Adityawarman,
    ( Yang   menaklukan Bali dan Lombok bersama Gajah Mada pada tahun 1342-1343 M )
 3.Arya Kenceng, ( Menjadi Raja Tabanan )
 4-Arya Kuthawaringin,
 5-Arya Sentong
 6- Arya Pudak

Setelah Bali dapat ditaklukkan tahun 1342 M, Maka Kyai Nala/Adhitiyawarman melanjutkan untuk menaklukkan Lombok pada tahun 1343 M,setelah Lombok ditaklukkan, maka Kyai Nala/ Adhitiya warman menjadikan putranya menjadi Bhatara di Lombok yang bergelar Bhatara Tunggul Nala.
Bhatara Tunggul Nala mempunyai dua orang putra yang bernama:

1-Denek Mas Muncul yang pada tahun 1352 M diangkat menjadi Datu Bayan oleh Gajah Mada.
2-Denek Mas Pengendengan Segara Kathon yang menyepi ke Daerah Rembitan dan memiliki seorang putra yang bernama Denek Mas Dewa Komala Sempopo yang nantinya mendirikan Kedatuan Pejanggik.

Pejanggik bermula dengan menyepinya Deneq Mas Putra Pengendengan Segara Katon ke daerah Rambitan. Beliau didampingi oleh putranya, Deneq Mas Komala Sempopo, yang kemudian menurunkan raja-raja Pejanggik. Dari keturunan Deneq Mas Komala Dewa Sempopo inilah pada generasi kelima menurunkan Deneq Mas Komala Sari. Kemudian Deneq Mas Unda Putih pada generasi keenam dan dilanjutkan oleh Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari pada generasi ketujuh. Kakak Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari yang bernama Pemban Mas Aji Komala dilantik sebagai raja muda dan mewakili Gowa di Sumbawa pada tangga13 November 1648M. Sejak itulah tercatat bahwakerajaan Pejanggik mulai mengalami perkembangan.

Kerajaan Pejanggik mengalami perkembangan yang semakin pesat setelah bertahtanya Pemban Mas Meraja Sakti. Beliau kawin dengan putri Raden Mas Pamekel (Raja Selaparang) bernama Putri Mas Sekar Kencana Mulya. Dewa Mas Pakel sebagai raja diSelaparang menyadari kekeliruannya selama ini yang terlalu banyak memperhatikan Sumbawa dan melupakan Pejanggik yangmerupakan saudaranya. Selanjutnya raja Selaparang menyerahkan berbagai benda pusaka dalem ke Pejanggik yang merupakan pertanda bahwa Pejanggik menjadi penerus misi pemersatu di Gumi Sasak.Hal ini membuat raja muda Raja Mas Kerta Jagat yang merupakan pengganti selanjutnya di kerajaan Selaparang semakin tersinggung.

Bergabungnya Arya Banjar Getas membuat Pejanggik semakin kuat. Tetapi hal ini justra menyebabkan semakin renggangnya hubungan antara Selaparang-Pejanggik. KerajaanPejanggik pun mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Langko, Sokong, Bayan, Tempit dan Pujut. Kerajaan lainnya dijadikan kedemungan dengan gelar kerajaan seperti Datu Langko, Datu Sokong, Datu Pujut dan lain-lainnya. Sedangkan raja Pejanggik sendiri memakai gelar yang sama dengan kerajaan Selaparang yaitu Pemban. Semua. itu juga merupakan basil kepiawaian Arya Banjar Getas dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam peperangan. la pun mendapat gelar tanirihan yaitu "Surengrana" dan "Dipati Patinglanga". Secara bertahap, strategi-strategi yang digunakan oleh Arya Banjar Getas adalah sebagai -berikut:

1-.Melakukan konsolidasi ke dalam Pejanggik.
2-Mengisolir Selaparang dengan mendekati kerajaan-kerajaan keluarga Bayan.
3-Menggerogoti kerajaan Selaparang dengan menguasai wilayahseperti Kopang, Langko, Rarang, Suradadi, Masbagik, Dasan Lekong; Padamara, Pancor, Kelayu, Tanjung. Kalijaga, barukemudian masuk ke Selaparang.

Arya Banjar Getas melakukan sebuah strategi konsolidasi dengan menyerahkan keris sebanyak 33buah kepada raja Pejanggik,lalu mengarak berkeliling dan menyerahkannya kepada para prakanggo untuk kemudian ditukar dengan keris pusaka masing-masing. Penukaran tersebut merupakan suatu bentuk kesetiaan dan loyalitas tunggal kepada raja Pejanggik. Keberhasilan Arya Banjar Getas melakukan berbagai gerakan tersebut langkah demi langkah disebut Politik Rerepeq.
Bila ditinjau dari segi kekuasaan, kerajaan Pejanggik sangat solid, akan tetapi langkah-langkah yang ditempuh oleh Arya Banjar Getas dianggap merombak tatanan hubungan yang merupakan jalinan yang telah dibina secara turun-menurun.

Jika kita melihat generasi Kerajaan Pejanggik terdapat Delapan Generasi yaitu:

1-Kiyai Nala /Aditiyawarman adalah generasi ke satu
2-Bethara Tunggul Nala generasi ke dua
3-Deneq Mas Pengendengan Segara Katon Generasi ke tiga
4-Deneq Mas Dewa Komala Sempopo Generasi ke empat
5-Deneq Mas Komala Sari Generasi ke lima
6-Deneq Mas Unda Putih generasi ke enam
7-Deneq Bekem Buta Intan Komala Sari Generasi ke tujuh
8-Maspanji Meraja Komala Sakti Generasi ke delapan


Sebelum Karangasem melebarkan kekuasaan ke Lombok, untuk penjajakan raja menjalin lawatan (perkenalan-persahabatan) politik dengan beberapa raja. Di kerajaan Pejanggik Lombok Tengah, raja berkenalan dengan Datu Pejanggik Maspanji Meraja Sakti memiliki anak muda bernama Mas Pakel Ukir. Sebagai tanda perasudaraan, raja Bali mengundang Mas Pakel datang dan tinggal di Bali alias diangkat menjadi keluarga kerajaan Karangasem.

Mas Pakel adalah seorang pemuda gagah, ganteng, dan sangat sopan, sehingga para putri raja bahkan istri raja sangat menyukainya. Akibatnya, keluarga lingkungan kerajaan banyak yang merasa iri atau sakit hati. Mereka lantas membuat fitnah bahwa: Mas Pakel Ukir merusak pagar ayu, merusak istri raja, merusak putri-putri raja, yang mestinya dijaga. Gencarnya profokasi menyebabkan raja termakan oleh cerita ini, sehingga membuat rekayasa untuk menyingkirkan pemuda Pakel. Pakel ditunjuk menjadi panglima, dan seolah dikirim untuk melawan musuh. Namun, di wilayah yang kini ada di kawasan Tohpati Mas Pakel berusaha untuk dibunuh. Mas Pakel Ukir sangat sakti, sehingga tidak bisa mati. Meski demikian, Pakel yang sendirian juga tidak bisa selamat dari pengeroyokan. Konon ia lantas mengambil sikap, ”Saya sekarang tahu bahwa saya direkayasa untuk dibunuh. Kalau mau membunuh saya bawalah saya ke Pantai Ujung”.

Proses berikutnya ada tiga versi:Pertama, Di pantai Mas Pakel tetap gagal dibunuh, sehingga akhirnya diusir balik ke Lombok dengan memakai perahu kecil (perahu pancing). Adapun makam yang ada di dekat Panjai Ujung, Karangasem itu, bukan makam Datu Mas Pakel Ukir (yang dikenal dengan sebutan Sunan Mumbul) tetapi makam Raja Pejanggik yang ditawan Raja Karangasem hingga meninggal. Kedua, ketika patih yang ditugaskan untuk membunuh mengayunkan pedang, Mas Pakel tiba-tiba menghilang dari pandangan dan berlari di atas air. Patih lantas membuat rekayasa untuk lapor pada raja, dengan membunuh seekor anjing dan hatinya diserahkan pada raja sebagai bukti bahwa dia telah menjalankan perintah. Namun, beberapa hari setelah peristiwa itu, tiba-tiba muncul seberkas sinar tempat Mas Pakel Ukir menghilang, dan tanah yang semula rata berubah menjadi gundukan menyerupai kuburan. Sejak itulah Mas Pakel dijuluki dengan sebutan Sunan Mumbul. Ketiga, Pakel akhirnya memang dibunuh, karena dia telah melepaskan kesaktian. Mayatnya dikubur di Pantai itu. Namun, ketika hendak dibunuh dia mengeluarkan kutukan: ”siapapun yang membunuh, semua keturunannya kalau lewat lokasi ini akan sakit jika tak bisa kencing di sekitar sini”. Perkataan Pakel ini dipercaya menjadi tuah oleh komunitas Hindu setempat. ”Saya kenal I Gede Gusti Putu. Dia nunggu dulu nggak mau lewat kalau belum kencing. Kalau belum kencing ndak berani lewat katanya. Makam yang dipercaya sebagai kuburan Mas Pakel ini kini biasa diziarai terutama pada Hari Raya Idul Fitri.

Namun jika kita lihat tentang berita dari Lombok ,bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh,namun diberikan sebuah perahu untuk kembali ke Pulau Lombok,dan Patih Kerajaan Karang Asem yang ditugaskan untuk membunuh Mas Pakel Ukir membuat laporan kepada Raja,bahwa Mas Pakel Ukir telah dibunuhnya di Pantai Ujung.Sebagai bukti bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh dan kembali ke Lombok yaitu adanya keturunannya yang sampai saat ini masih ada di Lombok yaitu di sekitar wilayah Kateng dan Mangkung.

Di Lombok menurut beberapa sumber disebutkan Putri dari Mas
 Pakel Ukir dinikahkan dengan Putra Maspanji Komala Patria yang melahirkan seorang putra bernama Maspanji Turu ,dan mas Maspanji Turu melahirkan tiga orang putra yang bernama :

1-Denek Laki ( Demung ) Nanggali yang beranak pinak di Kateng
2-Denek Laki ( Demung ) Suwa yang beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki ( Demung ) Paritu yang beranak pinak di Selebung Ketangga

Terkait Mas Pakel dalam konteks sejarah penaklukan Lombok oleh Karangasem, terdapat dua interpretasi sejarah.

Pertama, Pengangkatan Mas Pakel sebagai saudara kerajaan dan dipersilahkan tinggal di Karangasem, sejak awal telah dirancang untuk wahana penjajakan kekuatan: Ingin tahu berapa kekutannya, dan berapa prajuritnya. Jadi dengan adanya Datuk Mas Pakel atau disebut juga Datuk Pemuda Mas diambil sebagai saudara, kerajaan Karangasem bisa leluasa kesana-kemari untuk menyelidiki kekuatan lawan. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan Lombok, Mas Pakel Ukir yang tidak lagi “dibutuhkan” disingkirkan, sedangkan penaklukan atas Lombok segera dilakukan. Jadi, pengusiran/pembunuhan Pakel dengan alasan ”merusak pagar ayu keraton”, hakekatnya sengaja direncanakan untuk mencari alasan permusuhan alias pengabsah bagi Karangasem untuk melakukan penyerangan terhadap Lombok.

Kedua, kemungkinan lain raja Karangasem memang tidak melakukan rekayasa, tetapi murni ingin membangun persahabatan dengan Lombok termasuk dengan mengangkat saudara Mas Pakel. Tetapi, raja akhirnya termakan fitnah yang dibangun elemen kerajaan yang anti Islam dan anti Mas Pakel . Akibatnya, raja Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem benar-benar marah, mengusir/membunuh Mas Pakel, bahkan akhirnya melampiaskan kemarahan dengan melakukan perang penaklukan terhadap Lombok (Selaparang dan Pejanggik).

Pada tahun 1692M terjadi pemberontakan Banjar Getas. dalam pemberontakan tersebut Arya Banjar Getas meminta bantuan kerajaan Karangasem Bali, sehinggaPejanggik dapat dikalahkan. Raja Pejanggik ditawan dan diasingkan, kemudian wafat di Ujung Karangasem. Sedangkan para bangsawan Pejanggik diantara Maspanji Meraja Kusuma mengungsi ke Sumbawa yang nanti pulang kembali ke Sakre Lombok Timur,dan keturunan Pejanggik lainnya mengungsi ke tempat tempat yang aman di Pulau Lombok.

Salah Seorang keturunan Datu Pejanggik bernama Maspanji Komala Patria putranya dari Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari dan kakak dari Denek Mas Bekem Buta Intan Komala Sari yang  bernama Mas Aji Komala yang dilantik menjadi Raja di Sumbawa mewakili Gowa tahun 1648 M, dan salah satu putra dari Denek Mas Bekem Buta Intan Komala Sari  bernama Maspanji Meraja Komala Sakti diangkat menjadi datu Pejanggik tahun 1649 -1696 M.Ketika terjadi penyerangan Pasukan Gabungan Banjar Getas dan Pasukan Anak Agung Karang Asem terhadap Pejanggik,maka Pejanggik runtuh .Pada waktu itu Maspanji Komala Patria mengungsi ke tempat yang dianggap aman,yaitu sebuah tempat di dekat Batu Dendeng yaitu yang dikenal dengan daerah Penenges.Setelah beberapa tahun di Penenges dia menikah seorang putri dari Kateng yaitu Putrinya Denek Laki Mas Pakel Ukir yaitu salah seorang dari keturunan Pejanggik juga .Dari pernikahan Maspanji Patria dengan Putrinya Denek Laki Mas Pakel Ukir,dia menpunyai seorang putra yang bernama Maspanji Turu.

Setelah beranjak Dewasa Maspanji Turu pun menikah dan menpunyai tiga orang putra yaitu:

1-Denek Laki Nanggali menetap di Kateng dan beranak pinak di Kateng.
2-Denek Laki Suwa menetap di Mangkung dan beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki Paritu menetap di Ketangga dan beranak pinak di Ketangga.

Diceritakan Denek Laki Nanggali di Kateng mempunyai empat orang putra yaitu:

1-Denek Laki Supria
2-Denek Laki Senjata
3-Denek Laki Gorayang
4-Denek Laki Galang

Dikisahkan keempat putra Denek Laki Nanggali ini sangat pemberani ,kebal senjata dan sakti mandraguna.karena rasa patiotismenya terhadap Pejanggik,yang telah diruntuhkan oleh Arya Banjar Getas dan Anak Agung Karang Asem,maka keempat putra tersebut memutuskan untuk memberontak kepada kekuasaan Banjar Getas dan Anak Agung Karang Asem.

Namun pemberotakan dari keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut dapat dipadamkan dengan siasat yang dilakukan oleh Anak Agung Karang Asem,yaitu dengan menawan istri,anak dan keluarganya.Dengan berat hati dan terpaksa Denek Laki Supria,Denek Laki Senjata,Denek Laki Gorayang dan Denek Laki Galang menyerah dan meletakkan senjata bersama pasukannya.
Keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut ditangkap dan di bawa ke Mayura Cakranegara untuk diadili.

Menurut keputusan Pengadilan setelah diadakan sidang,maka Denek Laki Supria,Denek Laki Senjate,Denek Laki Gorayang,Denek Laki Galang dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Kerajaan.Ketika akan dilaksanakan ekskusi kepada empat putera Denek Laki Nanggali tersebut,para algojo menjadi kebingungan sendiri,karena keempat putera dari Denek Laki Nanggali tersebut kebal senjata,tidak mempan oleh senjata apapun juga,hal ini membuat para algojo menjadi kewalahan.Berbagai upaya yang dilakukan untuk melenyapkan mereka namun sia sia sia belaka.Akhirnya Penasihat Kerajaanpun menyarankan agar ekskusi ditunda sementara,untuk menanyakan permintaan terakhir dari para terdakwa ,supaya mereka mau membuka rahsia kelemahan dari ilmu kekebalan dan kesaktian yang mereka miliki,dan dan mereka ikhlas mati .Maka Penasihat Kerajaan brtanya kepada keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut ,tentang apa permintaan dan keinginan mereka.Penasihat Kerajaan berkata ," Apakah permintaan dan keinginan terakhir kalian,supaya kalian ikhlas mati ?",Maka salah satu dari mereka berkata ",Kami ikhlas mati jika Raja sanggup berjanji ,untuk memelihara dan melindungingi istri,anak dan keluarga kami ".Dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Anak Agung Karang Asem.dan berjanji disaksikan oleh para Pembesar Kerajaan,Para menteri dan Para Pendeta/Ida Pedanda.untuk memilihara dan melindungi istrik,anak dan keluarga mereka.Setelah janji dikrarkan ,maka keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut siap untuk diekskusi,dengan membuka segala rahasia ilmu kekebalan dan kesaktiannya,sehingga ekskusi tersebut dapat terlaksana.Setelah pelaksanaan ekskusi selesai keempat jenazah tersebut dilayonkan/dimakamkan di Kamasan Mataram.

Untuk menepati janjinya Anak Agung Karang Asem memberikan tanah ,rumah dan fasilitas lainnya kepada istri,anak dan kelurganya di Karang Taruna Mataram,dan putera putera dari Denek Laki Supria,Denek Laki Senjate,Denek Laki Gorayang,Denek Laki Galang dipelihara layaknya sebagai keluarga kerajaan.

Dikisahkan selanjutnya Denek Laki Supria yaitu salah satu dari putera Denek Laki Nanggali yang telah diekskusi oleh oleh Anak Agung Karang Asem,mempunyai tiga orang putera yang bernama :
1-Demung Runtuh
2-Demung Purwata
3-Demung Munggah,

dan Denek Laki Supria mempunyai seorang putri yang bernama Denek Bini Keraeng dan lebih populer di Lombok dikenal dengan nama Denek Bini Jeraeng,dan dinamakan Denek Bini Keraeng karena dia menikah dengan seorang ulama yang berasal dari Gowa bernama Kiyai Keraeng/Kiyai Jeraeng yang datang dari Gowa melalui Sumbawa.

Dari ketiga putra dan seorang putri dari Denek Laki Supria ,Demung Runtuhlah yang paling pandai,cerdas,berani,berwibawa dan bijaksana,oleh sebab itu Anak Agung Karang Asem mengangkat Demung Runtuh menjadi Datu yang memerintah orang orang sasak di Lombok,yang wilayahnya meliputi,Dayan Jangkuk/Utara Kali Jangkuk,wilayah Mataram,Ampenan,terus ke selatan di Lauq Babak /Selalatan Kali Babak seperti Kediri, Gerung, Kuripan, Lembar, Sekotong,dan ketimur meliputi Puyung, Sukarare, Ranggegate, Penujak, Mangkung,Kateng,Pengembur ,Selong Belanak.Pusat Pemerintahan Demung Runtuh di Mataram tepatnya di Pendopo Kantor Gubernur NTB yang sekarang.dan Demung Purwata,dan Demung Munggah kembali ke Kateng tempat tanah leluhur,sedangkan Denek Bini Keraeng tetap tinggal di Mataram dan suaminya Kiyai Keraeng dijadikan sebagai Penghulu di Mataram oleh Demung Runtuh.

Demung Runtuh mempunyai tiga orang putera yang bernama:

1-Demung Putrawangsa
2-Demung Putraji
3-Demung Putradi,

dan ia mempunyai dua orang putri yang bernama :

1-Denek Bini Tegari
2-Denek Bini Haji Ali

Setelah Demung Runtuh wafat maka wilayah kekuasaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1-Demung Putrawangsa memerintah wilayah Mataram,Ampenan,Dasan Agung,Kekalek,Pagutan ,Sekar Bela atau wilayah tengah yaitu di selatan kali Jangkuk,sampai di utara kali Babak.
2-Demung Putraji memerintah di wilayah selatan Kali Babak sampai Sekotong,Selong Belanak.
3-Demung Putradi memerintah di utara kali Jangkung dan daerah sekitarnya.

Diceritakan Demung Putrawangsa menpunyai dua orang putra yaitu :
1-Haji Nurdin
2-Mamiq Nursaid

Setelah terjadi perang puputan Cakranegara,Mataram ,Haji Nurdin pulang kembali ke Kateng dan wafat di Kateng,dan dilayonkan di Makam Peringga Kateng,sedangkan keluarga lainnya pulang ke Kebon Orong Bare Bokong.

Dari Haji Nurdin inilah Lahir Lalu Dirajab mempunyai putra putri yaitu :

1-Baiq Tale
2-Lalu Munggah
3-Baiq Waringin.
4-Baiq Rumayat
5-Lalu April
6-Lalu Imbong
7-Lalu Meidin
8-Lalu Syamsul Hakim
9-Baiq Gusniati
10-Baiq Juni
11-Lalu Ari

Dan pada akhir hayatnya Lalu Dirajab wafat di Selebung Ketangga,dan dilayonkan di Keruak Lombok Timur.Dari Putranya Lalu Dirajab yang bernama Lalu Munggah ,maka lahirlah lima orang putra putri yaitu :

1-Lalu Husnul Yaqien Juniansyah
2-Baiq Wiwik Marlina
3-Baiq Eliana
4-Baiq Erni Mahida
5-Lalu Ikhwanuul Kamal