Senin, 23 Mei 2016

MAS PAKEL UKIR KATENG LOMBOK



Orang orang muslim sasak mula-mula dibawa oleh raja Bali (era Kerajaan Karangasem) dari daratan Lombok. Waktu itu Lombok memang berada dibawah pendudukan kerajaan Karangasem. Secara historis, keinginan untuk penguasaan Bali atas Lombok sebenarnya terjadi jauh sebelum kerajaan Karangasem, yakni sudah terjadi di sekitar abad 16 oleh kerajaan Gelgel era kepemimpinan Watu Renggong. Waktu itu Watu Renggong (pasca runtuhnya Majapahit oleh Demak) berhasil menguasai Blambangan (1512 M),dan menyerang Kerajaan Lombok (1520 M). dan Gelgel gagal untuk melaksanakan niatnya untuk menguasai Lombok waktu itu. Tujuan Waturenggong kala itu memang untuk membendung pengaruh Islam Demak memasuki Bali. Logika Waturenggong ini dapat dipahami sebab kala itu Bali memang menjadi tempat pelarian orang-orang yang pintar dan kuat-kuat akidah kehinduannya. Era keruntuhan Mojopahit memang pangeran-pangeran yang tak mau masuk Islam lari ke Bali. Sebagian ada juga yang lari ke gunung Bromo yang kala itu rombongan dipimpinan Pangeran Seger dan istrinya Roro Anteng. anak keturunan mereka pun akhirnya disebut suku Tengger

Lombok memang menjadi target strategis penguasaan Watu Renggong (berkuasa sejak 1460-1550 M) untuk menghadang Islam Demak, sebab Lombok kala itu sudah terpengaruh Islam. Artinya, Islam sudah masuk dan menyebar ke wilayah itu. Kedatangan Islam ke Lombok terjadi sekitar tahun 1505 M ketika zaman Sunan Dalem putranya Sunan Giri Kedaton berkuasa di Gersik (1505-1545 M) . Islam masuk dari arah utara dan timur, lantas untuk mengefektifkan pengaruh, wilayah penyebaran sengaja dibagi dua sesuai dengan dua tokoh utama pelaku penyebaran, yakni: Raden Mas pengging dan Raden Mas Prapen alias Sunan Mas Ratu Pratikel (hidup tahun 1548-1605). Raden Mas Prapen tidak lain adalah buyut dari Sunan Giri (hidup tahun 1487-1506), sehingga dia sering disebut sebagai Sunan Giri ke IV. Sedangkan Raden Mas Pengging tidak lain adalah Ki Kebo Kenongo yang lahir di Pengging tahun 1472 M. Raden Mas Pengging ini menjadi murid Syekh Siti Jenar. Melalui misi kedua orang itulah akhirnya Lombok menjadi penganut Islam.

Wilayah Lombok muslim inilah yang diserang oleh Gelgel pimpinan Waturenggong pada tahun 1520 M namun penyerangan itu dapat digagalkan,dan kegagalan tersebut membuat Gegel Waturenggong membuat taktik lain yaitu mengirim Danghiyang Niratha Atau Pedanda Sakti Wawu Rawuh menemui Sri Aji Kerahengan di Mataram Lombok  Gelgel juga mengirim rakyatnya untuk membuka lahan pertanian di sekitar Mataram yang nantinya daerah tersebut berkembang pesat dan berdirilah dua buah kerajaan di tempat tersebut yaitu Kerajaan Pegesangan dan Pagutan ( tahun 1622 M ). Kerajaan Gelgel pasca Watu Renggong ”berantakan” sendiri terutama akibat konflik internal. Banyak wilayah akhirnya mendeklarasikan sebagai kerajaan sendiri, serta menempatkan Gelgel hanya sebagai pusat kultural belaka. Dengan rontoknya kekuatan Gelgel, Lombok tentu telepas pula dari ancaman Gelgel Klungkung. Namun, pada perkembangan waktu Karangasem berhasil menaklukkan dan meluaskan kerajaannya ke Lombok tahun 1692 M dengan membelotnya Patih Pejanggik Arya Banjar Getas memberontak terhadap kekuasaan Pejanggik.

Sebelum Karangasem melebarkan kekuasaan ke Lombok, untuk penjajakan raja menjalin lawatan (perkenalan-persahabatan) politik dengan beberapa raja. Di kerajaan Pejanggik Lombok Tengah, raja berkenalan dengan Datu Pejanggik Maspanji Meraja Sakti memiliki anak muda bernama Mas Pakel Ukir. Sebagai tanda perasudaraan, raja Bali mengundang Mas Pakel datang dan tinggal di Bali alias diangkat menjadi keluarga kerajaan Karangasem.

Mas Pakel adalah seorang pemuda gagah, ganteng, dan sangat sopan, sehingga para putri raja bahkan istri raja sangat menyukainya. Akibatnya, keluarga lingkungan kerajaan banyak yang merasa iri atau sakit hati. Mereka lantas membuat fitnah bahwa: Mas Pakel Ukir merusak pagar ayu, merusak istri raja, merusak putri-putri raja, yang mestinya dijaga. Gencarnya profokasi menyebabkan raja termakan oleh cerita ini, sehingga membuat rekayasa untuk menyingkirkan pemuda Pakel. Pakel ditunjuk menjadi panglima, dan seolah dikirim untuk melawan musuh. Namun, di wilayah yang kini ada di kawasan Tohpati Mas Pakel berusaha untuk dibunuh. Mas Pakel Ukir sangat sakti, sehingga tidak bisa mati. Meski demikian, Pakel yang sendirian juga tidak bisa selamat dari pengeroyokan. Konon ia lantas mengambil sikap, ”Saya sekarang tahu bahwa saya direkayasa untuk dibunuh. Kalau mau membunuh saya bawalah saya ke Pantai Ujung”. Proses berikutnya ada tiga versi:Pertama, Di pantai Mas Pakel tetap gagal dibunuh, sehingga akhirnya diusir balik ke Lombok dengan memakai perahu kecil (perahu pancing). Adapun makam yang ada di dekat Panjai Ujung, Karangasem itu, bukan makam Datu Mas Pakel Ukir (yang dikenal dengan sebutan Sunan Mumbul) tetapi makam Raja Pejanggik yang ditawan Raja Karangasem hingga meninggal. Kedua, ketika patih yang ditugaskan untuk membunuh mengayunkan pedang, Mas Pakel tiba-tiba menghilang dari pandangan dan berlari di atas air. Patih lantas membuat rekayasa untuk lapor pada raja, dengan membunuh seekor anjing dan hatinya diserahkan pada raja sebagai bukti bahwa dia telah menjalankan perintah. Namun, beberapa hari setelah peristiwa itu, tiba-tiba muncul seberkas sinar tempat Mas Pakel Ukir menghilang, dan tanah yang semula rata berubah menjadi gundukan menyerupai kuburan. Sejak itulah Mas Pakel dijuluki dengan sebutan Sunan Mumbul. Ketiga, Pakel akhirnya memang dibunuh, karena dia telah melepaskan kesaktian. Mayatnya dikubur di Pantai itu. Namun, ketika hendak dibunuh dia mengeluarkan kutukan: ”siapapun yang membunuh, semua keturunannya kalau lewat lokasi ini akan sakit jika tak bisa kencing di sekitar sini”. Perkataan Pakel ini dipercaya menjadi tuah oleh komunitas Hindu setempat. ”Saya kenal I Gede Gusti Putu. Dia nunggu dulu nggak mau lewat kalau belum kencing. Kalau belum kencing ndak berani lewat katanya. Makam yang dipercaya sebagai kuburan Mas Pakel ini kini biasa diziarai terutama pada 15 hari pasca lebaran Iedzul Fitri.

Namun jika kita lihat tentang berita dari Lombok ,bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh,namun diberikan sebuah perahu untuk kembali ke Pulau Lombok,dan Patih Kerajaan Karang Asem yang ditugaskan untuk membunuh Mas Pakel Ukir membuat laporan kepada Raja,bahwa Mas Pakel Ukir telah dibunuhnya di Pantai Ujung.Sebagai bukti bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh dan kembali ke Lombok yaitu adanya keturunannya yang sampai saat ini masih ada di Lombok yaitu di sekitar wilayah Kateng dan Mangkung.Di Lombok menurut beberapa sumber disebutkan Putri dari Mas Pakel Ukir dinikahkan dengan Putra Maspanji Komala Patria yang melahirkan seorang putra bernama Maspanji Turu ,dan mas Maspanji Turu melahirkan tiga orang putra yang bernama :

1-Denek Laki ( Demung ) Nanggali yang beranak pinak di Kateng
2-Denek Laki ( Demung ) Suwa yang beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki ( Demung ) Paritu yang beranak pinak di Selebung Ketangga

Terkait Mas Pakel dalam konteks sejarah penaklukan Lombok oleh Karangasem, terdapat dua interpretasi sejarah.

Pertama, Pengangkatan Mas Pakel sebagai saudara kerajaan dan dipersilahkan tinggal di Karangasem, sejak awal telah dirancang untuk wahana penjajakan kekuatan: Ingin tahu berapa kekutannya, dan berapa prajuritnya. Jadi dengan adanya Datuk Mas Pakel atau disebut juga Datuk Pemuda Mas diambil sebagai saudara, kerajaan Karangasem bisa leluasa kesana-kemari untuk menyelidiki kekuatan lawan. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan Lombok, Mas Pakel Ukir yang tidak lagi “dibutuhkan” disingkirkan, sedangkan penaklukan atas Lombok segera dilakukan. Jadi, pengusiran/pembunuhan Pakel dengan alasan ”merusak pagar ayu keraton”, hakekatnya sengaja direncanakan untuk mencari alasan permusuhan alias pengabsah bagi Karangasem untuk melakukan penyerangan terhadap Lombok.

Kedua, kemungkinan lain raja Karangasem memang tidak melakukan rekayasa, tetapi murni ingin membangun persahabatan dengan Lombok termasuk dengan mengangkat saudara Mas Pakel. Tetapi, raja akhirnya termakan fitnah yang dibangun elemen kerajaan yang anti Islam dan anti Mas Pakel . Akibatnya, raja Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem benar-benar marah, mengusir/membunuh Mas Pakel, bahkan akhirnya melampiaskan kemarahan dengan melakukan perang penaklukan terhadap Lombok (Selaparang dan Pejanggik).

Lombok akhirnya berhasil ditaklukkan Karangasem (Bali) pada tahun 1692 M, sebagai tanda penaklukan kedua setelah sebelumnya pernah diserang oleh Gelgel era Waturenggong. Banyak hal memberi bukti terkait dengan penaklukkan ini. ”Kampung-kampung di Lombok setelah diduduki Karangasem harus ditambah namanya dengan nama Karang. Makanya kalau ke Lombok nama kampung-kampung (kecuali yang baru) pasti pakai nama Karang. Yang dulu kampung Jangkong menjadi Karang Jangkong. Yang namanya kampong Meranggi menjadi Karang Meranggi. Semua pake Karang, Karang Gentel, hampir seluruhnya”. Selain itu, raja Karangasem juga berusaha mempersaudarakan antara Hindu dan Islam dengan cara mengakulturasi bahasa. Maka diadopsilah bahasa Lombok, Beraye, sementara bahasa Bali yang dibawa adalah Menyame. Maka jadilah Menyame Braye. ”Awalan bahasa Bali pasti Me, kalau tidak berteman. Sementara Beraye adalah bahasa Lombok, dengan awalan Be. Ketika menjadi bahasa Bali misalnya: Paling tiang Bebatur. Hasil akulturasi itu dijadikan satu bahasa Bali dan Lombok. Jadi, awalnya Menyama Braye itu di Puri Karangasem, lantas menyebar ke seluruh Bali”,yang ahli membaca lontar peninggalan generasi lampau.

Selain itu, setelah penaklukan, orang-orang Lombok yang dianggap sakti lantas dibawa raja ke Karangasem dengan maksud agar membantu keraton. “Menurut cerita kakek saya, mereka yang didatangkan kebanyakan orang-orang bertuah. Orang-orang yang artinya mempunyai power, tentu sesuai zaman itu. Kalau menurut saya istilahnya ndak sakti, nabi saja dilempar patah giginya. Kalau menurut saya mereka itu orang-orang yang saya anggap mempunyai power dan keberanian, mempunyai pengaruh, mempunyai kepemimpinan karismatik begitulah. Orang-orang seperti itulah yang dibawa kemari”.

Mereka inilah cikal bakal komunitas-komunitas Muslim Karangasem, yang mayoritas berasal dari Lombok. Orang-orang sakti ini ditempatkan sepasang-sepang (baca: suami istri) dengan: memakai strategi mengelilingi Puri Kanginan sebagai tempat raja. Di sebelah selatan ada Banjar Kodok, di sebelah selatannya lagi kampung Islam Dangin Seme. Di sebelah barat ada desa Hindu, sebelah baratnya lagi Kampung Islam Bangras. Intinya, penempatan dilakukan secara selang-seling Islam-Hindu, mengelilingi puri. ”Itu strategi raja untuk mempersatukan rakyat Karangasem, sekaligus mengamankan puri”, Namun, logika itu juga memberikan arti bahwa puri tampaknya tidak terlalu merasa aman jika hanya dikelilingi rakyat Hindu, serta memerlukan pengawalan dari rakyat yang justru beda agama. Pada kenyataannya memang kalangan Islam dapat dipercaya raja untuk menjadi ”pengawal puri”. Inilah yang menjadi satu sebab kenapa Umat Islam Karangasem dengan Puri menjadi sangat akrab.

Selain Dangin Seme, kampung-kampung kuno Islam lain di Karangasem sejarahnya juga sama. Mereka sengaja ditaruh sepasang-sepasang (baca: kira-kira suami istri), dengan posisi mengelilingi Puri. Posisi mengelilingi puri dibuat dua lapis. Seperti Dangin Seme termasuk lapisan pertama. Lapisan kedua seperti Segar Katon, Ujung Pesisi, Kebulak Kesasak, Bukit Tabuan, dengan formasi juga mengelilingi puri. Lapis kedua bahkan sampai Saren Jawa dan Kecicang.

Adapun muslim yang ditempatkan di Sindu, spesifik untuk menghadang kerajaan Klungkung. Yang ditaruh di Sidemen untuk menghadang dan memata-matai gerak-gerik kerajaan Klungkung. Dengan kata lain, komunitas muslim Sindu –yang jaraknya sekitar 30 km dari Dangin Seme– dulunya memang spesial untuk memata-matai Klungkung.

Selain Shindu ada kampung Islam lain yang kala itu mempunyai posisi super spesial, sehingga nama kampung pun memiliki nama yang mencerminkan posisi dan fungsi yang super spesial. Kamunitas Kampung Karang Tohpati, adalah contohnya. Toh itu artinya mempertaruhkan, sedangkan pati atinya jiwa. “Kala itu kaum Muslim sebenarnya bukan tinggal di Karang Tohpati, tetapi mereka memang tinggal di lokasi Tohpati di wilayah Bebandem di Saren Jawa. Di situlah ada namanya Tohpati, di situlah dulunya dia tinggal, untuk menjaga kalau ada musuh. Di lokasi itu Tohpati mempertaruhkan Jiwa”, “Kasus ini sama dengan orang-orang Subagan yang asalnya dari Sekar Bela. Sekar artinya kembang, bela maknanya membela. Jadi dia suka membela raja sampai namanya wangi seperti kembang karena membela”.

KERAJAAN SUNDA-GALUH


Kerajaan Sunda Galuh adalah suatu kerajaan yang merupakan penyatuan dua kerajaan besar di Tanah Sunda yang saling terkait erat, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanagara. Berdasarkan peninggalan sejarah seperti prasasti dan naskah kuno, ibu kota Kerajaan Sunda berada di daerah yang sekarang menjadi kota Bogor, sedangkan ibu kota Kerajaan Galuh adalah kota Kawali di Kabupaten Ciamis.

Banyak sumber peninggalan sejarah yang menyebut perpaduan kedua kerajaan ini dengan nama Kerajaan Sunda saja. Perjalanan pertama Prabu Jaya Pakuan (Bujangga Manik) mengelilingi pulau Jawa dilukiskan sebagai berikut:

The Sunda kingdom take up half of the whole island of Java; others, to whom more authority is attributed, say that the Sunda kingdom must be a third part of the island and an eight more. It ends at the river chi Manuk. They say that from the earliest times God divided the island of Java from that of Sunda and that of Java by the said river, which has trees from one end to the other, and they say the trees on each side line over to each country with the branches on the ground.

Menurut Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanannya, “Summa Oriental (1513 – 1515)”, dia menuliskan bahwa:

Jadi, jelaslah bahwa perpaduan kedua kerajaan ini hanya disebut dengan nama Kerajaan Sunda.
Keterangan keberadaan kedua kerajaan tersebut juga terdapat pada beberapa sumber sejarah lainnya. Prasasti di Bogor banyak bercerita tentang Kerajaan Sunda sebagai pecahan Tarumanagara, sedangkan prasasti di daerah Sukabumi bercerita tentang keadaan Kerajaan Sunda sampai dengan masa Sri Jayabupati.


Berdirinya kerajaan Sunda dan Galuh

Pembagian Tarumanagara

Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, pada tahun 669 M menggantikan kedudukan mertuanya yaitu Linggawarman raja Tarumanagara yang terakhir. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 M, ia mengganti nama

Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh dan masih keluarga kerajaan Tarumanegara, untuk memisahkan diri dari kekuasaan Tarusbawa.

Dengan dukungan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya wilayah Tarumanagara dipecah dua. Dukungan ini dapat terjadi karena putera mahkota Galuh bernama Mandiminyak, berjodoh dengan Parwati puteri Maharani Shima dari Kalingga. Dalam posisi lemah dan ingin menghindari perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Pada tahun 669 M, wilayah Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan; yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.


Lokasi ibu kota Sunda

Maharaja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota kerajaan yang baru di daerah pedalaman dekat hulu Sungai Cipakancilan. Dalam Carita Parahiyangan, tokoh Tarusbawa ini hanya disebut dengan gelarnya: Tohaan di Sunda (Raja Sunda). Ia menjadi cakal-bakal raja-raja Sunda dan memerintah sampai tahun 723 M.

Sunda sebagai nama kerajaan tercatat dalam dua buah prasasti batu yang ditemukan di Bogor dan Sukabumi. Kehadiran Prasasti Jayabupati di daerah Cibadak sempat membangkitkan dugaan bahwa Ibukota Kerajaan Sunda terletak di daerah itu. Namun dugaan itu tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah lainnya. Isi prasasti hanya menyebutkan larangan menangkap ikan pada bagian Sungai Cicatih yang termasuk kawasan Kabuyutan Sanghiyang Tapak. Sama halnya dengan kehadiran batu bertulis Purnawarman di Pasir Muara dan Pasir Koleangkak yang tidak menunjukkan letak ibukota

Tarumanagara.

Keterlibatan Kalingga

Karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera mahkota (bernama Tejakancana) diangkat sebagai anak dan ahli waris kerajaan. Suami puteri ini adalah cicit Wretikandayun bernama Rakeyan Jamri, yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa menjadi Raja Sunda ke-2. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan setelah menguasai Kerajaan Galuh dikenal dengan nama Sanjaya.


Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, cucu Ratu Shima dari Kalingga, di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa / SENA / SANNA, Raja Galuh ketiga, teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena pada tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh PURBASORA. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah. Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Sundapura, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara / Kerajaan Sunda. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh, dengan bantuan Tarusbawa, untuk melengserkan Purbasora. Setelah itu ia menjadi Raja Kerajaan Sunda Galuh.

Sanjaya adalah penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat).

Sebagai ahli waris Kerajaan Kalingga, Sanjaya menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi Mataram (Mataram Kuno) pada tahun 732 M. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Ia adalah kakak seayah Rakai Panangkaran, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara.

Prasasti Jayabupati

Isi prasasti

Telah diungkapkan di awal bahwa nama Sunda sebagai kerajaan tersurat pula dalam prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi. Prasasti ini terdiri atas 40 baris sehingga memerlukan empat (4) buah batu untuk menuliskannya. Keempat batu bertulis itu ditemukan pada aliran Sungai Cicatih di daerah Cibadak, Sukabumi. Tiga ditemukan di dekat Kampung Bantar Muncang, sebuah ditemukan di dekat Kampung Pangcalikan. Keunikan prasasti ini adalah disusun dalam huruf dan bahasa Jawa Kuno. Keempat prasasti itu sekarang disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode D 73 (dari Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi ketiga batu pertama (menurut Pleyte):


Oum Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma-
gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.

sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.

Terjemahan isi prasasti, adalah sebagai berikut:

Selamat. Dalam tahun Saka 952 bulan Kartika tanggal 12 bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, Ahad, Wuku Tambir. Inilah saat Raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda di sebelah timur Sanghiyang Tapak. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan jangan ada yang melanggar ketentuan ini. Di sungai ini jangan (ada yang) menangkap ikan di sebelah sini sungai dalam batas daerah pemujaan Sanghyang Tapak sebelah hulu. Di sebelah hilir dalam batas daerah pemujaan Sanghyang Tapak pada dua batang pohon besar. Maka dibuatlah prasasti (maklumat) yang dikukuhkan dengan Sumpah.


Sumpah yang diucapkan oleh Raja Sunda lengkapnya tertera pada prasasti keempat . Terdiri dari 20 baris, intinya menyeru semua kekuatan gaib di dunia dan disurga agar ikut melindungi keputusan raja. Siapapun yang menyalahi ketentuan tersebut diserahkan penghukumannya kepada semua kekuatan itu agar dibinasakan dengan menghisap otaknya, menghirup darahnya, memberantakkan ususnya dan membelah dadanya. Sumpah itu ditutup dengan kalimat seruan, I wruhhanta kamung hyang kabeh (ketahuilah olehmu parahiyang semuanya).
Tanggal prasasti

Tanggal pembuatan Prasasti Jayabupati bertepatan dengan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952 - 964) saka (1030 -1042 M). Isi prasasti itu dalam segala hal menunjukkan corak Jawa Timur. Tidak hanya huruf, bahasa dan gaya, melainkan juga gelar raja yang mirip dengan gelar raja di lingkungan Keraton Darmawangsa. Tokoh Sri Jayabupati dalam Carita Parahiyangan disebut dengan nama Prabu Detya Maharaja. Ia adalah raja Sunda ke-20 setalah Maharaja Tarusbawa.


Penyebab perpecahan

Telah diungkapkan sebelumnya, bahwa Kerajaan Sunda adalah pecahan Tarumanagara. Peristiwa itu terjadi tahun 670 M. Hal ini sejalan dengan sumber berita Tiongkok yang menyebutkan bahwa utusan Tarumanagara yang terakhir mengunjungi negeri itu terjadi tahun 669 M. Tarusbawa memang mengirimkan utusan yang memberitahukan penobatannya kepada Kaisar Tiongkok dalam tahun 669 M. Ia sendiri dinobatkan pada tanggal 9 bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka, kira-kira bertepatan dengan tanggal 18 Mei 669 M.


Sanna dan Purbasora

Tarusbawa adalah sahabat baik Bratasenawa alis Sena (709 - 716 M), Raja Galuh ketiga. Tokoh ini juga dikenal dengan Sanna, yaitu raja dalam Prasasti Canggal (732 M), sekaligus paman dari Sanjaya. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya.

Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora dalam tahun 716 M. Purbasora adalah cucu Wretikandayun dari putera sulungnya, Batara Danghyang Guru Sempakwaja, pendiri kerajaan Galunggung. Sedangkan Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M).

Sebenarnya Purbasora dan Sena adalah saudara satu ibu karena hubungan gelap antara Mandiminyak dengan istri Sempakwaja. Tokoh Sempakwaja tidak dapat menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Raja Galuh karena ompong. Sementara, seorang raja tak boleh memiliki cacat jasmani. Karena itulah, adiknya yang bungsu yang mewarisi tahta Galuh dari Wretikandayun. Tapi, putera Sempakwaja merasa tetap berhak atas tahta Galuh. Lagipula asal usul Raja Sena yang kurang baik telah menambah hasrat Purbasora untuk merebut tahta Galuh dari Sena.

Dengan bantuan pasukan dari mertuanya, Raja Indraprahasta, sebuah kerajaan di daerah Cirebon sekarang, Purbasora melancarkan perebutan tahta Galuh. Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa.

Sanjaya dan Balangantrang

Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sena, berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa, sahabat Sena. Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama isterinya.

Sebelum itu ia telah menyiapkan pasukan khusus di daerah Gunung Sawal atas bantuan Rabuyut Sawal, yang juga sahabat baik Sena. Pasukan khusus ini langsung dipimpin Sanjaya, sedangkan pasukan Sunda dipimpin Patih Anggada. Serangan dilakukan malam hari dengan diam-diam dan mendadak. Seluruh keluarga Purbasora gugur. Yang berhasil meloloskan diri hanyalah menantu Purbasora, yang menjadi Patih Galuh, bersama segelintir pasukan.

Patih itu bernama Bimaraksa yang lebih dikenal dengan Ki Balangantrang karena ia merangkap sebagai senapati kerajaan. Balangantrang ini juga cucu Wretikandayun dari putera kedua bernama Resi Guru Jantaka atau Rahyang Kidul, yang tak bisa menggantikan Wretikandayun karena menderita "kemir" atau hernia. Balangantrang bersembunyi di kampung Gègèr Sunten dan dengan diam-diam menghimpun kekuatan anti Sanjaya. Ia mendapat dukungan dari raja-raja di daerah Kuningan dan juga sisa-sisa laskar Indraprahasta, setelah kerajaan itu juga dilumatkan oleh Sanjaya sebagai pembalasan karena dulu membantu Purbasora menjatuhkan Sena.

Sanjaya mendapat pesan dari Sena, bahwa kecuali Purbasora, anggota keluarga keraton Galuh lainnya harus tetap dihormati. Sanjaya sendiri tidak berhasrat menjadi penguasa Galuh. Ia melalukan penyerangan hanya untuk menghapus dendam ayahnya. Setelah berhasil mengalahkan Purbasora, ia segera menghubungi uwaknya, Sempakwaja, di Galunggung dan meminta dia agar Demunawan, adik Purbasora, direstui menjadi penguasa Galuh. Akan tetapi Sempakwaja menolak permohonan itu karena takut kalau-kalau hal tersebut merupakan muslihat Sanjaya untuk melenyapkan Demunawan.
Sanjaya sendiri tidak bisa menghubungi Balangantrang karena ia tak mengetahui keberadaannya.

Akhirnya Sanjaya terpaksa mengambil hak untuk dinobatkan sebagai Raja Galuh. Ia menyadari bahwa kehadirannya di Galuh kurang disenangi. Selain itu sebagai Raja Sunda ia sendiri harus berkedudukan di Pakuan. Untuk pimpinan pemerintahan di Galuh ia mengangkat Premana Dikusuma, cucu Purbasora. Premana Dikusuma saat itu berkedudukan sebagai raja daerah. Dalam usia 43 tahun (lahir tahun 683 M), ia telah dikenal sebagai raja resi karena ketekunannya mendalami agama dan bertapa sejak muda. Ia memiliki julukan Bagawat Sajalajaya.

Premana, Pangrenyep dan Tamperan

Penunjukkan Preman oleh Sanjaya cukup beralasan karena ia cucu Purbasora. Selain itu, isterinya, Naganingrum, adalah anak Ki Balangantrang. Jadi suami istri itu mewakili keturunan Sempakwaja dan Jantaka, putera pertama dan kedua Wretikandayun.

Pasangan Premana dan Nagandingrum sendiri memiliki putera bernama Surotama alias Manarah (lahir 718 M, jadi ia baru berusia 5 tahun ketika Sanjaya menyerang Galuh). Surotama atau Manarah dikenal dalam literatur Sunda klasik sebagai Ciung Wanara. Kelak di kemudian hari, Ki Bimaraksa alias Ki Balangantrang, buyut dari ibunya, yang akan mengurai kisah sedih yang menimpa keluarga leluhurnya dan sekaligus menyiapkan Manarah untuk melakukan pembalasan.

Untuk mengikat kesetiaan Premana Dikusumah terhadap pemerintahan pusat di Pakuan, Sanjaya menjodohkan Raja Galuh ini dengan Dewi Pangrenyep, puteri Anggada, Patih Sunda. Selain itu Sanjaya menunjuk puteranya, Tamperan, sebagai Patih Galuh sekaligus memimpin "garnizun" Sunda di ibukota Galuh.


Premana Dikusumah menerima kedudukan Raja Galuh karena terpaksa keadaan. Ia tidak berani menolak karena Sanjaya memiliki sifat seperti Purnawarman, baik hati terhadap raja bawahan yang setia kepadanya dan sekaligus tak mengenal ampun terhadap musuh-musuhnya. Penolakan Sempakwaja dan Demunawan masih bisa diterima oleh Sanjaya karena mereka tergolong angkatan tua yang harus dihormatinya.


Kedudukan Premana serba sulit, ia sebagai Raja Galuh yang menjadi bawahan Raja Sunda yang berarti harus tunduk kepada Sanjaya yang telah membunuh kakeknya. Karena kemelut seperti itu, maka ia lebih memilih meninggalkan istana untuk bertapa di dekat perbatasan Sunda sebelah timur Citarum dan sekaligus juga meninggalkan istrinya, Pangrenyep. Urusan pemerintahan diserahkannya kepada Tamperan, Patih Galuh yang sekaligus menjadi "mata dan telinga" Sanjaya. Tamperan mewarisi watak buyutnya, Mandiminyak yang senang membuat skandal. Ia terlibat skandal dengan

Pangrenyep, istri Premana, dan membuahkan kelahiran Kamarasa alias Banga (723 M).
Skandal itu terjadi karena beberapa alasan, pertama Pangrenyep pengantin baru berusia 19 tahun dan kemudian ditinggal suami bertapa; kedua keduanya berusia sebaya dan telah berkenalan sejak lama di Keraton Pakuan dan sama-sama cicit Maharaja Tarusbawa; ketiga mereka sama-sama merasakan derita batin karena kehadirannya sebagai orang Sunda di Galuh kurang disenangi.

Untuk menghapus jejak Tamperan mengupah seseorang membunuh Premana dan sekaligus diikuti pasukan lainnya sehingga pembunuh Premana pun dibunuh pula. Semua kejadian ini rupanya tercium oleh senapati tua Ki Balangantrang.


Tamperan sebagai raja


Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.
Demikianlah Tamperan menjadi penguasa Sunda-Galuh melanjutkan kedudukan ayahnya dari tahun 732 - 739 M. Sementara itu Manarah alias Ciung Wanara secara diam-diam menyiapkan rencana perebutan tahta Galuh dengan bimbingan buyutnya, Ki Balangantrang, di Geger Sunten. Rupanya

Tamperan lalai mengawasi anak tirinya ini yang ia perlakukan seperti anak sendiri.

Sesuai dengan rencana Balangantrang, penyerbuan ke Galuh dilakukan siang hari bertepatan dengan pesta sabung ayam. Semua pembesar kerajaan hadir, termasuk Banga. Manarah bersama anggota pasukannya hadir dalam gelanggang sebagai penyabung ayam. Balangantrang memimpin pasukan Geger Sunten menyerang keraton.

Kudeta itu berhasil dalam waktu singkat seperti peristiwa tahun 723 ketika Manarah berhasil menguasai Galuh dalam tempo satu malam. Raja dan permaisuri Pangrenyep termasuk Banga dapat ditawan di gelanggang sabung ayam. Banga kemudian dibiarkan bebas. Pada malam harinya ia berhasil membebaskan Tamperan dan Pangrenyep dari tahanan.

Akan tetapi hal itu diketahui oleh pasukan pengawal yang segera memberitahukannya kepada Manarah. Terjadilah pertarungan antara Banga dan Manarah yang berakhir dengan kekalahan Banga. Sementara itu pasukan yang mengejar raja dan permaisuri melepaskan panah-panahnya di dalam kegelapan sehingga menewaskan Tamperan dan Pangrenyep.


Manarah dan Banga

Berita kematian Tamperan didengar oleh Sanjaya yang ketika itu memerintah di Mataram (Jawa Tengah), yang kemudian dengan pasukan besar menyerang purasaba Galuh. Namun Manarah telah menduga itu sehingga ia telah menyiapkan pasukan yang juga didukung oleh sisa-sisa pasukan Indraprahasta yang ketika itu sudah berubah nama menjadi Wanagiri, dan raja-raja di daerah Kuningan yang pernah dipecundangi Sanjaya.

Perang besar sesama keturunan Wretikandayun itu akhirnya bisa dilerai oleh Raja Resi Demunawan (lahir 646 M, ketika itu berusia 93 tahun). Dalam perundingan di keraton Galuh dicapai kesepakatan: Galuh diserahkan kepada Manarah dan Sunda kepada Banga. Demikianlah lewat perjanjian Galuh tahun 739 ini, Sunda dan Galuh yang selama periode 723 - 739 berada dalam satu kekuasan terpecah kembali. Dalam perjanjian itu ditetapkan pula bahwa Banga menjadi raja bawahan. Meski Banga kurang senang, tetapi ia menerima kedudukan itu. Ia sendiri merasa bahwa ia bisa tetap hidup atas kebaikan hati Manarah.

Untuk memperteguh perjanjian, Manarah dan Banga dijodohkan dengan kedua cicit Demunawan. Manarah sebagai penguasa Galuh bergelar Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana memperistri Kancanawangi. Banga sebagai Raja Sunda bergelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji Mulya dan berjodoh dengan Kancanasari, adik Kancanawangi.


Keturunan Sunda dan Galuh selanjutnya

Naskah tua dari kabuyutan Ciburuy, Bayongbong, Garut, yang ditulis pada abad ke-13 atau ke-14 memberitakan bahwa Rakeyan Banga pernah membangun parit Pakuan. Hal ini dilakukannya sebagai persiapan untuk mengukuhkan diri sebagai raja yang merdeka. Ia berjuang 20 tahun sebelum berhasil menjadi penguasa yang diakui di sebelah barat Citarum dan lepas dari kedudukan sebagai raja bawahan Galuh. Ia memerintah 27 tahun lamanya (739-766).

Manarah, dengan gelar Prabu Suratama atau Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuwana, dikaruniai umur panjang dan memerintah di Galuh antara tahun 739-783.[4] Dalam tahun 783 ia melakukan manurajasuniya, yaitu mengundurkan diri dari tahta kerajaan untuk melakukan tapa sampai akhir hayat. Ia baru wafat tahun 798 dalam usia 80 tahun.

Dalam naskah-naskah babad, posisi Manarah dan Banga ini sering dikacaukan. Tidak saja dalam hal usia, di mana Banga dianggap lebih tua, tapi juga dalam penempatan mereka sebagai raja. Dalam naskah-naskah tua, silsilah raja-raja Pakuan selalu dimulai dengan tokoh Banga. Kekacauan silsilah dan penempatan posisi itu mulai tampak dalam naskah Carita Waruga Guru, yang ditulis pada pertengahan abad ke-18. Kekeliruan paling menyolok dalam babad ialah kisah Banga yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Majapahit. Padahal, Majapahit baru didirikan Raden Wijaya dalam tahun 1293, 527 tahun setelah Banga wafat.

Keturunan Manarah putus hanya sampai cicitnya yang bernama Prabulinggabumi (813 - 852). Tahta Galuh diserahkan kepada suami adiknya yaitu Rakeyan Wuwus alias Prabu Gajah Kulon (819 - 891), cicit Banga yang menjadi Raja Sunda ke-8 (dihitung dari Tarusbawa). Sejak tahun 852, kedua kerajaan pecahan Tarumanagara itu diperintah oleh keturunan Banga; sebagai akibat perkawinan di antara para kerabat keraton Sunda, Galuh, dan Kuningan (Saunggalah).


Hubungan Sunda Galuh dan Sriwijaya


Sri Jayabupati yang prasastinya telah dibicarakan di muka adalah Raja Sunda yang ke-20. Ia putra Sanghiyang Ageng (1019 - 1030 M). Ibunya seorang puteri Sriwijaya dan masih kerabat dekat Raja Wurawuri. Adapun permaisuri Sri Jayabupati adalah puteri dari Dharmawangsa, raja Kerajaan Medang, dan adik Dewi Laksmi isteri Airlangga. Karena pernikahan tersebut Jayabupati mendapat anugerah gelar dari mertuanya, Dharmawangsa. Gelar itulah yang dicantumkannya dalam prasasti Cibadak.


Raja Sri Jayabupati pernah mengalami peristiwa tragis. Dalam kedudukannya sebagai Putera Mahkota Sunda keturunan Sriwijaya dan menantu Dharmawangsa, ia harus menyaksikan permusuhan yang makin menjadi-jadi antara Sriwijaya dengan mertuanya, Dharmawangsa. Pada puncak krisis ia hanya menjadi penonton dan terpaksa tinggal diam dalam kekecewaan karena harus "menyaksikan" Dharmawangsa diserang dan dibinasakan oleh Raja Wurawuri atas dukungan Sriwijaya. Ia diberi tahu akan terjadinya serbuan itu oleh pihak Sriwijaya, akan tetapi ia dan ayahnya diancam agar bersikap netral dalam hal ini. Serangan Wurawuri yang dalam Prasasti Calcutta (disimpan di sana) disebut pralaya itu terjadi pada tahun 1019 M.


Hubungan dengan berdirinya Majapahit

Prabu Guru Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu memiliki putra mahkota Rakeyan Jayadarma, dan berkedudukan di Pakuan. Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3, Rakeyan Jayadarma adalah menantu Mahisa Campaka di Jawa Timur, karena ia berjodoh dengan putrinya bernama Dyah Lembu Tal. Mahisa Campaka adalah anak dari Mahisa Wong Ateleng, yang merupakan anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes dari Kerajaan Singhasari.

Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal berputera Sang Nararya Sanggramawijaya, atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya yang dikatakan terlahir di Pakuan. Dengan kata lain, Raden Wijaya adalah turunan ke-4 dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Karena Jayadarma wafat dalam usia muda, Lembu Tal tidak bersedia tinggal lebih lama di Pakuan. Akhirnya, Raden Wijaya dan ibunya kembali ke Jawa Timur.

Dalam Babad Tanah Jawi Raden Wijaya disebut pula Jaka Susuruh dari Pasundan. Sebagai keturunan Jayadarma, ia adalah penerus tahta Kerajaan Sunda-Galuh yang sah, yaitu apabila Prabu Guru Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu mangkat. Kematian Jayadarma mengosongkan kedudukan putera mahkota, karena Raden Wijaya berada di Jawa Timur dan kemudian menjadi raja pertama Majapahit.

SILSILAH LALU HUSNUL YAQIEN JUNIANSYAH






Pada abad ke-4 M di Kutai (Tenggarong), Kalimantan Timur berdiri sebuah kerajaan Hindu dengan Rajanya bernama Kudungga. Menurut beberapa ahli sejarah, Kudungga adalah penduduk asli, kepala suku Kutai. Ia mengawini seorang putri dari Campa (Muangthai) keturunan Raja Bhadawarman. Karena cintanya yang kuat, Kudungga mengikuti agama istrinya, dan ketika anak lelakinya lahir dinamai Aswawarman, mengambil nama marga “Warman” dari leluhur mertuanya di Campa.

Selanjutnya Aswawarman berputra tiga lelaki yakni: Mulawarman beristana tetap di Kutai (Tenggarong), sedangkan kedua adiknya yakni Purnawarman mendirikan Kerajaan Tarumanegara di Jawa-Barat (dekat Bogor) dan Mauli Warmadewa mendirikan kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan (dekat Palembang). Pada abad ke-10 salah seorang keturunan Mauli Warmadewa bernama Sri Kesari Warmadewa datang ke Bali, dan mengalahkan raja yang berkuasa saat itu: Sri Ratu Ugrasena yang dikenal dalam mitologi sebagai Mayadenawa.

Sri Kesari Warmadewa kemudian menobatkan diri sebagai Raja dengan gelar: Sri Wira Dalem Kesari. Selama kurun waktu hampir 100 tahun, dinasti Warmadewa memegang tampuk pimpinan, walaupun dibeberapa periode pernah direbut oleh Raja-Raja dari dinasti lain.

Darma Udayana Warmadewa adalah keturunan Sri Kesari Warmadewa. Ia memerintah bersama-sama istrinya: Gunapria Darmapatni atau juga bernama Mahendradata, yakni putri Mpu Sindok, Raja Mataram (Jawa Tengah). Dari perkawinan ini mereka mempunyai dua anak lelaki yakni Erlangga dan Anak Wungsu. Anak Wungsu tetap di Bali menggantikan kedududkan ayahnya, sedangkan Erlangga pergi ke Jawa Timur dan pada tahun 1016 menikahi putri Darmawangsa (Raja Medangkemulan di Pasuruan). Pada tahun 1019 Erlangga menjadi Raja menggantikan mertuanya dengan gelar: Rakai Halu Sri Lokeswara

Dharmawangsa Teguh Wikramottunggadewa.Adik Airlangga bernama Anak Wungsu kemudian menjadi raja di Bali menggantikan ayahnya. Karena Anak Wungsu tidak ada kaitan dengan keturunan arya di bali, maka di sini tidak diuraikan lebih lanjut.

Airlangga menurunkan raja-raja Daha dengan urutan sebagai berikut;

1.Sri Semarajaya
2.Sri Jayawarsa
3.Sri Bameswara
4.Sri Jayabaya
5.Sri Sarmeswara
6.Sri Ayeswara
7.Sri Gandra
8.Sri Kameswara
9.Sri Kertajaya
10.Sri Jayasabha
11.Sri Sastra Jaya

Adapun salah satu buyut dari Jayasabha bernama Sri Adwaya Brahma menjadi menteri Hino atau Mahamenteri di Kerajaan Shingasari di zaman pemerintahan Prabu Kertnegara .Sri Adwaya Berahma kawin dengan putri China yang bernama Dara Jingga dan Sri Adwaya Brahma diberikan gelar dengan nama buyutnya Sri Jayasabha Brahmaraja.



Pada prasasti Padangroco tertulis bahwa, arca Amoghapasa dikawal dari Jawa oleh 14 orang, termasuk Adwayabrahma yang ditulis paling awal. Adwayabrahma sendiri menjabat sebagai Rakryan Mahamantri pada pemerintahan Prabu Kertanagara. Pada zaman itu, jabatan ini merupakan jabatan tingkat tinggi atau gelar kehormatan yang hanya boleh disandang oleh kerabat raja.karena Adwayabrahman adalah merupakan kerabat raja Singosari yang berasal dari Kerajaan Kesari yang bergelar Sri Jayasabha adalah adik dari Prabu Jayabaya Raja Kediri,istilah “Dewa” dalam Pararaton adalah jabatan Rakryan Mahamantri pada sebuah Kerajaan.Dara Jingga adalah putri dari Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa, raja Kerajaan Dharmasraya dan juga merupakan kakak kandung dari Dara Petak. Dara Jingga memiliki sebutan Sira Alaki Dewa, dia yang dinikahi orang yang bergelar Dewa,oleh sebab itu maka Dara Jingga dinikahi oleh Adwaya Brahman yang disebut juga dengan nama Sri Jayasabha.Adwaya Brahman adalah pembesar Shingoshari dan pada zaman Kerajaan Majapahit juga berpangkat “Maha Menteri”.memperistri Putri Dara Jingga yang dalam lontar Arya Damar disebutkan : "Dara Jingga arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma yang selanjutnya menurunkan putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu:

1-Sri Cakradara,( suami Tribuana Tunggadewi )
2-Arya Dhamar (yang disebut juga dengan Arya Teja alias Kiayi Nala yang melakukan exspedisi ke Lombok tahun 1343 M),
3-Arya Kenceng ( yang menurunkan raja Tabanan Bali },
4-Arya Kuthawaringin,
5-Arya Sentong
6--Arya Pudak

Dalam babad Arya Kenceng Tabanan Bali disebutkan,Dara Jingga” dan adiknya “Dara Petak” (Putih), keadatangan Putri ini pada zaman Kerajaan Singhasari yaitu pada masa pemerintahan Sri Kerthanegara/Bathara Siwa tahun isaka 1190-1214 atau tahun (1268-1292 Masehi).

Putri Dara Petak bergelar “Maheswari” diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya I/Bhre Wijaya/Raden Wijaya, Raja Madjapahit pertama yang juga bergelar “Sri Kertha Rajasa Jaya Wisnu Wardana” pada tahun isaka 1216-1231 atau tahun (1294-1309 Masehi) yang selanjutnya menurunkan Prethi Santana/keturunan bernama “Kala Gemet” yang menjadi Raja Madjapahit kedua pada tahun 1309-1328 M, yang bergelar “Jaya Negara”. Sedangkan Putri Dara Jingga yang bergelar Indreswari atau Sri Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Madjapahit) diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja I atau Hyang Wisesa. Sri Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “Maha Menteri”. Putri Dara Jingga dalam lontar dikenal, yang berbunyi: Dara Jingga arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma yang selanjutnya menurunkan putra sebanyak enam orang laki-laki yaitu: Sri Cakradara, Arya Dhamar (yang disebut juga dengan Arya Teja alias Kiyai Nala atau Adityawarman), Arya Kenceng, Arya Kuthawaringin, Arya Sentong dan Arya Pudak yang kemudian menjadi Penguasa/Raja Di Bali

Bersama dengan keempat belas pengiringnya dan saptaratna, dibawa dari Bhumi Jawa ke Swarnnabhumi" dan bahwa "Rakyan Mahamantri Dyah Adwayabrahma" adalah salah seorang pengawal arca tersebut. Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Mahesa Anabrang membawa Dara Jingga dan Dara Petak kembali ke Pulau Jawa untuk menemui Prabu Kertanagara yaitu raja yang mengutusnya.Setelah sampai di Jawa, ia mendapatkan bahwa Prabu Kertanagara telah tewas dan Kerajaan Singhasari telah musnah oleh Jayakatwang, Raja Kadiri. Jayakatwang itu sendiri telah tewas dibunuh pasukan Mongol yang akhirnya diserang oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit yang merupakan lanjutan dari Kerajaan Singhasari.Oleh karena itu, Dara Petak, adik Dara Jingga kemudian dipersembahkan kepada Raden Wijaya, yang kemudian memberikan keturunan Raden Kalagemet atau Sri Jayanagara,yaitu yang menjadi raja Majapahit ke Dua.

Setelah itu Airlangga mengundurkan diri menjadi pendeta dengan bhiseka Rsi Jatayu.Dengan seorang gadis pegunungan Airlangga mempunyai putra bernama Sira Arya Buru (Arya Timbul). Arya Buru hanya mempunyai seorang anak perempuan bernama Nyi Gunaraksa, dikawini oleh Ki Pasek Tutuan, dengan syarat Ki Pasek Tutuan seketurunan menyembah roh Arya Buru.

Keturunan Erlangga yang datang ke Bali dan Lombok adalah: Sire Arya Buru, Sire Aryeng Kepakisan juga disebut Arya Kepakisan atau Nararya Kepakisan dan di Lombok dikenal dengan nama Bathara Indra Sakti( yang dilantik menjadi Raja Klungkung Bali oleh Gajah Mada tahun 1352 M), Sira Arya Kutawaringin, Sira Arya Gajahpara, Sira Arya Getas( salah satu keturunannya bernama Arya Sudarsana/Banjar Getas di Lombok ),sira Kebo Anabrang,Sira Arya Tunggul Nala ( yang dmenjadi Raja Lombok tahun 1343 M ) ,Sira Arya Kertha Jala ( menjadi Raja Gowa )

Gajah Mada bersama Kiyai Nala membentuk Bre atau Bhatara di Bali,Lombok dan Goa sebagai perwakilan Majapahit yaitu :

1-Sira Aryeng Kepakisan  menjadi patih agung di Puri Samprangan, sebagai tangan kanan raja Bali pertama yang diangkat oleh Majapahit pada tahun 1352 M yaitu Sri Aji Kresna Kepakisan adalah seorang keturunan Empu Baradah yang dikenal dalam babad lombok dengan nama Bethare Indra Sakti .
2-Bethara Tunggul Nala  adalah salah satu putra dari Kiyai Nala / Aditiyawarman menjadi Raja Lombok di Pelabuhan Kayangan Lombok .
3-Bethara Kertha Jala dilantik menjadi Raja Gowa ..

Nama Arya Damar dikenal pada salah satu babad Arya Damar dari sekian versi babad tentang Arya Damar menyebutkan Arya Damar mempunyai nama lain yaitu Aditiyawarman,dan dalam babad Arya Kenceng di Tabanan Bali Arya Damar dikenal juga dengan nama Sira Arya Teja dan dikenal pula dengan nama Kiyai Nala. Dengan adanya nama Kiyai Nala yang mengadakan ekspedisi ke Lombok tahun 1343 M ,maka yang sebenarnya datang ke Lombok tersebut ialah Aditiyawarman sendiri yang bergelar Kiyai Nala,Di dalam babad Lombok disebutkan Kiyai Nala menjadikan tiga orang putera yang dijadikan sebagai Raja Klungkung Bali.Raja Lombok dan Raja Gowa.

Dari sumber babad Erlangga,dikatakan bahwa Sri Krisna Kepakisan itu merupakan cucu buyut dari dari Empu Baradah  yang dilantik oleh Gajah Mada menjadi Raja Klungkung Bali pada tahun 1352 M.Dari sumber Babad Lombok menyatakan bahwa Kiyai Nala dalam ekspedisinya ke Lombok tahun 1343M menjadikan puteranya yang bergelar Bre Tunggul Nala menjadi Bhatara di Lombok sebagai perwakilan Majapahit.

Bhatara Mas Tunggul Nala menurunkan datu-datu Lombok seperti Bayan,
Selaparang Pejanggik.Langko,Sokong,Mambalan.

Betara Mas Tunggul Nala mempunyai dua orang putra yaitu

1.- Deneq Mas Muncul yang menurunkan datu-datu Bayan.Sokong dan Mambalan.
2.- Deneq Mas Putra Pengendengan Segara Katon mendirikan Kedatuan

Kayangan (Labuan Lombok) menurunkan datu-datu Selaparang dan Pejanggik yaitu

(a) Deneq Mas Komala Dewa Sempopo menjadi Datu Pejanggik
(b) Deneq Mas Komala Jagat menjadi Datu Selaparang

Pejanggik bermula dengan menyepinya Deneq Mas Putra Pengendengan Segara Katon ke daerah Rambitan. Beliau didampingi oleh putranya, Deneq Mas Komala Sempopo, yang kemudian menurunkan raja-raja Pejanggik. Dari keturunan Deneq Mas Komala Dewa Sempopo inilah pada generasi kelima menurunkan Deneq Mas Komala Sari. Kemudian Deneq Mas Unda Putih pada generasi keenam dan dilanjutkan oleh Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari pada generasi ketujuh. Kakak Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari yang bernama Pemban Mas Aji Komala dilantik sebagai raja muda dan mewakili Gowa di Sumbawa pada tangga13 November 1648M. Sejak itulah tercatat bahwakerajaan Pejanggik mulai mengalami perkembangan.

Kerajaan Pejanggik mengalami perkembangan yang semakin pesat setelah bertahtanya Pemban Mas Meraja Sakti. Beliau kawin dengan putri Raden Mas Pamekel (Raja Selaparang) bernama Putri Mas Sekar Kencana Mulya. Dewa Mas Pakel sebagai raja diSelaparang menyadari kekeliruannya selama ini yang terlalu banyak memperhatikan Sumbawa dan melupakan Pejanggik yangmerupakan saudaranya. Selanjutnya raja Selaparang menyerahkan berbagai benda pusaka dalem ke Pejanggik yang merupakan pertanda bahwa Pejanggik menjadi penerus misi pemersatu di Gumi Sasak.Hal ini membuat raja muda Raja Mas Kerta Jagat yang merupakan pengganti selanjutnya di kerajaan Selaparang semakin tersinggung.

Bergabungnya Arya Banjar Getas membuat Pejanggik semakin kuat. Tetapi hal ini justra menyebabkan semakin renggangnya hubungan antara Selaparang-Pejanggik. KerajaanPejanggik pun mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Langko, Sokong, Bayan, Tempit dan Pujut. Kerajaan lainnya dijadikan kedemungan dengan gelar kerajaan seperti Datu Langko, Datu Sokong, Datu Pujut dan lain-lainnya. Sedangkan raja Pejanggik sendiri memakai gelar yang sama dengan kerajaan Selaparang yaitu Pemban. Semua. itu juga merupakan basil kepiawaian Arya Banjar Getas dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam peperangan. la pun mendapat gelar tanirihan yaitu "Surengrana" dan "Dipati Patinglanga". Secara bertahap, strategi-strategi yang digunakan oleh Arya Banjar Getas adalah sebagai -berikut:

1-.Melakukan konsolidasi ke dalam Pejanggik.
2-Mengisolir Selaparang dengan mendekati kerajaan-kerajaan keluarga Bayan.
3-Menggerogoti kerajaan Selaparang dengan menguasai wilayahseperti Kopang, Langko, Rarang, Suradadi, Masbagik, Dasan Lekong; Padamara, Pancor, Kelayu, Tanjung. Kalijaga, barukemudian masuk ke Selaparang.

Arya Banjar Getas melakukan sebuah strategi konsolidasi dengan menyerahkan keris sebanyak 33buah kepada raja Pejanggik,lalu mengarak berkeliling dan menyerahkannya kepada para prakanggo untuk kemudian ditukar dengan keris pusaka masing-masing. Penukaran tersebut merupakan suatu bentuk kesetiaan dan loyalitas tunggal kepada raja Pejanggik. Keberhasilan Arya Banjar Getas melakukan berbagai gerakan tersebut langkah demi langkah disebut Politik Rerepeq.
Bila ditinjau dari segi kekuasaan, kerajaan Pejanggik sangat solid, akan tetapi langkah-langkah yang ditempuh oleh Arya Banjar Getas dianggap merombak tatanan hubungan yang merupakan jalinan yang telah dibina secara turun-menurun.

Jika kita melihat generasi Kerajaan Pejanggik terdapat Delapan Generasi yaitu:

1-Kiyai Nala /Aditiyawarman adalah generasi ke satu
2-Bethara Tunggul Nala generasi ke dua
3-Deneq Mas Pengendengan Segara Katon Generasi ke tiga
4-Deneq Mas Dewa Komala Sempopo Generasi ke empat
5-Deneq Mas Komala Sari Generasi ke lima
6-Deneq Mas Unda Putih generasi ke enam
7-Deneq Bekem Buta Intan Komala Sari Generasi ke tujuh
8-Maspanji Meraja Komala Sakti Generasi ke delapan


Sebelum Karangasem melebarkan kekuasaan ke Lombok, untuk penjajakan raja menjalin lawatan (perkenalan-persahabatan) politik dengan beberapa raja. Di kerajaan Pejanggik Lombok Tengah, raja berkenalan dengan Datu Pejanggik Maspanji Meraja Sakti memiliki anak muda bernama Mas Pakel Ukir. Sebagai tanda perasudaraan, raja Bali mengundang Mas Pakel datang dan tinggal di Bali alias diangkat menjadi keluarga kerajaan Karangasem.

Mas Pakel adalah seorang pemuda gagah, ganteng, dan sangat sopan, sehingga para putri raja bahkan istri raja sangat menyukainya. Akibatnya, keluarga lingkungan kerajaan banyak yang merasa iri atau sakit hati. Mereka lantas membuat fitnah bahwa: Mas Pakel Ukir merusak pagar ayu, merusak istri raja, merusak putri-putri raja, yang mestinya dijaga. Gencarnya profokasi menyebabkan raja termakan oleh cerita ini, sehingga membuat rekayasa untuk menyingkirkan pemuda Pakel. Pakel ditunjuk menjadi panglima, dan seolah dikirim untuk melawan musuh. Namun, di wilayah yang kini ada di kawasan Tohpati Mas Pakel berusaha untuk dibunuh. Mas Pakel Ukir sangat sakti, sehingga tidak bisa mati. Meski demikian, Pakel yang sendirian juga tidak bisa selamat dari pengeroyokan. Konon ia lantas mengambil sikap, ”Saya sekarang tahu bahwa saya direkayasa untuk dibunuh. Kalau mau membunuh saya bawalah saya ke Pantai Ujung”.

Proses berikutnya ada tiga versi:Pertama, Di pantai Mas Pakel tetap gagal dibunuh, sehingga akhirnya diusir balik ke Lombok dengan memakai perahu kecil (perahu pancing). Adapun makam yang ada di dekat Panjai Ujung, Karangasem itu, bukan makam Datu Mas Pakel Ukir (yang dikenal dengan sebutan Sunan Mumbul) tetapi makam Raja Pejanggik yang ditawan Raja Karangasem hingga meninggal. Kedua, ketika patih yang ditugaskan untuk membunuh mengayunkan pedang, Mas Pakel tiba-tiba menghilang dari pandangan dan berlari di atas air. Patih lantas membuat rekayasa untuk lapor pada raja, dengan membunuh seekor anjing dan hatinya diserahkan pada raja sebagai bukti bahwa dia telah menjalankan perintah. Namun, beberapa hari setelah peristiwa itu, tiba-tiba muncul seberkas sinar tempat Mas Pakel Ukir menghilang, dan tanah yang semula rata berubah menjadi gundukan menyerupai kuburan. Sejak itulah Mas Pakel dijuluki dengan sebutan Sunan Mumbul. Ketiga, Pakel akhirnya memang dibunuh, karena dia telah melepaskan kesaktian. Mayatnya dikubur di Pantai itu. Namun, ketika hendak dibunuh dia mengeluarkan kutukan: ”siapapun yang membunuh, semua keturunannya kalau lewat lokasi ini akan sakit jika tak bisa kencing di sekitar sini”. Perkataan Pakel ini dipercaya menjadi tuah oleh komunitas Hindu setempat. ”Saya kenal I Gede Gusti Putu. Dia nunggu dulu nggak mau lewat kalau belum kencing. Kalau belum kencing ndak berani lewat katanya. Makam yang dipercaya sebagai kuburan Mas Pakel ini kini biasa diziarai terutama pada Hari Raya Idul Fitri.

Namun jika kita lihat tentang berita dari Lombok ,bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh,namun diberikan sebuah perahu untuk kembali ke Pulau Lombok,dan Patih Kerajaan Karang Asem yang ditugaskan untuk membunuh Mas Pakel Ukir membuat laporan kepada Raja,bahwa Mas Pakel Ukir telah dibunuhnya di Pantai Ujung.Sebagai bukti bahwa Mas Pakel Ukir tidak dibunuh dan kembali ke Lombok yaitu adanya keturunannya yang sampai saat ini masih ada di Lombok yaitu di sekitar wilayah Kateng dan Mangkung.

Di Lombok menurut beberapa sumber disebutkan Putri dari Mas
 Pakel Ukir dinikahkan dengan Putra Maspanji Komala Patria yang melahirkan seorang putra bernama Maspanji Turu ,dan mas Maspanji Turu melahirkan tiga orang putra yang bernama :

1-Denek Laki ( Demung ) Nanggali yang beranak pinak di Kateng
2-Denek Laki ( Demung ) Suwa yang beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki ( Demung ) Paritu yang beranak pinak di Selebung Ketangga

Terkait Mas Pakel dalam konteks sejarah penaklukan Lombok oleh Karangasem, terdapat dua interpretasi sejarah.

Pertama, Pengangkatan Mas Pakel sebagai saudara kerajaan dan dipersilahkan tinggal di Karangasem, sejak awal telah dirancang untuk wahana penjajakan kekuatan: Ingin tahu berapa kekutannya, dan berapa prajuritnya. Jadi dengan adanya Datuk Mas Pakel atau disebut juga Datuk Pemuda Mas diambil sebagai saudara, kerajaan Karangasem bisa leluasa kesana-kemari untuk menyelidiki kekuatan lawan. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan Lombok, Mas Pakel Ukir yang tidak lagi “dibutuhkan” disingkirkan, sedangkan penaklukan atas Lombok segera dilakukan. Jadi, pengusiran/pembunuhan Pakel dengan alasan ”merusak pagar ayu keraton”, hakekatnya sengaja direncanakan untuk mencari alasan permusuhan alias pengabsah bagi Karangasem untuk melakukan penyerangan terhadap Lombok.

Kedua, kemungkinan lain raja Karangasem memang tidak melakukan rekayasa, tetapi murni ingin membangun persahabatan dengan Lombok termasuk dengan mengangkat saudara Mas Pakel. Tetapi, raja akhirnya termakan fitnah yang dibangun elemen kerajaan yang anti Islam dan anti Mas Pakel . Akibatnya, raja Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem benar-benar marah, mengusir/membunuh Mas Pakel, bahkan akhirnya melampiaskan kemarahan dengan melakukan perang penaklukan terhadap Lombok (Selaparang dan Pejanggik).

Pada tahun 1692M terjadi pemberontakan Banjar Getas. dalam pemberontakan tersebut Arya Banjar Getas meminta bantuan kerajaan Karangasem Bali, sehinggaPejanggik dapat dikalahkan. Raja Pejanggik ditawan dan diasingkan, kemudian wafat di Ujung Karangasem. Sedangkan para bangsawan Pejanggik diantara Maspanji Meraja Kusuma mengungsi ke Sumbawa yang nanti pulang kembali ke Sakre Lombok Timur,dan keturunan Pejanggik lainnya mengungsi ke tempat tempat yang aman di Pulau Lombok.

Salah Seorang keturunan Datu Pejanggik bernama Maspanji Komala Patria putranya dari Deneq Mas Bekem Buta Intan Komala Sari dan kakak dari Denek Mas Bekem Buta Intan Komala Sari yang  bernama Mas Aji Komala yang dilantik menjadi Raja di Sumbawa mewakili Gowa tahun 1648 M, dan salah satu putra dari Denek Mas Bekem Buta Intan Komala Sari  bernama Maspanji Meraja Komala Sakti diangkat menjadi datu Pejanggik tahun 1679 -1696 M.Ketika terjadi penyerangan Pasukan Gabungan Banjar Getas dan Pasukan Anak Agung Karang Asem terhadap Pejanggik,maka Pejanggik runtuh .Pada waktu itu Maspanji Komala Patria mengungsi ke tempat yang dianggap aman,yaitu sebuah tempat di dekat Batu Dendeng yaitu yang dikenal dengan daerah Penenges.Setelah beberapa tahun di Penenges dia menikah seorang putri dari Kateng yaitu Putrinya Denek Laki Mas Pakel Ukir yaitu salah seorang dari keturunan Pejanggik juga .Dari pernikahan Maspanji Patria dengan Putrinya Denek Laki Mas Pakel Ukir,dia menpunyai seorang putra yang bernama Maspanji Turu.

Setelah beranjak Dewasa Maspanji Turu pun menikah dan menpunyai tiga orang putra yaitu:

1-Denek Laki Nanggali menetap di Kateng dan beranak pinak di Kateng.
2-Denek Laki Suwa menetap di Mangkung dan beranak pinak di Mangkung
3-Denek Laki Paritu menetap di Ketangga dan beranak pinak di Ketangga.

Diceritakan Denek Laki Nanggali di Kateng mempunyai empat orang putra yaitu:

1-Denek Laki Supria
2-Denek Laki Senjata
3-Denek Laki Gorayang
4-Denek Laki Galang

Dikisahkan keempat putra Denek Laki Nanggali ini sangat pemberani ,kebal senjata dan sakti mandraguna.karena rasa patiotismenya terhadap Pejanggik,yang telah diruntuhkan oleh Arya Banjar Getas dan Anak Agung Karang Asem,maka keempat putra tersebut memutuskan untuk memberontak kepada kekuasaan Banjar Getas dan Anak Agung Karang Asem.

Namun pemberotakan dari keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut dapat dipadamkan dengan siasat yang dilakukan oleh Anak Agung Karang Asem,yaitu dengan menawan istri,anak dan keluarganya.Dengan berat hati dan terpaksa Denek Laki Supria,Denek Laki Senjata,Denek Laki Gorayang dan Denek Laki Galang menyerah dan meletakkan senjata bersama pasukannya.
Keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut ditangkap dan di bawa ke Mayura Cakranegara untuk diadili.

Menurut keputusan Pengadilan setelah diadakan sidang,maka Denek Laki Supria,Denek Laki Senjate,Denek Laki Gorayang,Denek Laki Galang dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Kerajaan.Ketika akan dilaksanakan ekskusi kepada empat putera Denek Laki Nanggali tersebut,para algojo menjadi kebingungan sendiri,karena keempat putera dari Denek Laki Nanggali tersebut kebal senjata,tidak mempan oleh senjata apapun juga,hal ini membuat para algojo menjadi kewalahan.Berbagai upaya yang dilakukan untuk melenyapkan mereka namun sia sia sia belaka.Akhirnya Penasihat Kerajaanpun menyarankan agar ekskusi ditunda sementara,untuk menanyakan permintaan terakhir dari para terdakwa ,supaya mereka mau membuka rahsia kelemahan dari ilmu kekebalan dan kesaktian yang mereka miliki,dan dan mereka ikhlas mati .Maka Penasihat Kerajaan brtanya kepada keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut ,tentang apa permintaan dan keinginan mereka.Penasihat Kerajaan berkata ," Apakah permintaan dan keinginan terakhir kalian,supaya kalian ikhlas mati ?",Maka salah satu dari mereka berkata ",Kami ikhlas mati jika Raja sanggup berjanji ,untuk memelihara dan melindungingi istri,anak dan keluarga kami ".Dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Anak Agung Karang Asem.dan berjanji disaksikan oleh para Pembesar Kerajaan,Para menteri dan Para Pendeta/Ida Pedanda.untuk memilihara dan melindungi istrik,anak dan keluarga mereka.Setelah janji dikrarkan ,maka keempat putera Denek Laki Nanggali tersebut siap untuk diekskusi,dengan membuka segala rahasia ilmu kekebalan dan kesaktiannya,sehingga ekskusi tersebut dapat terlaksana.Setelah pelaksanaan ekskusi selesai keempat jenazah tersebut dilayonkan/dimakamkan di Kamasan Mataram.

Untuk menepati janjinya Anak Agung Karang Asem memberikan tanah ,rumah dan fasilitas lainnya kepada istri,anak dan kelurganya di Karang Taruna Mataram,dan putera putera dari Denek Laki Supria,Denek Laki Senjate,Denek Laki Gorayang,Denek Laki Galang dipelihara layaknya sebagai keluarga kerajaan.

Dikisahkan selanjutnya Denek Laki Supria yaitu salah satu dari putera Denek Laki Nanggali yang telah diekskusi oleh oleh Anak Agung Karang Asem,mempunyai tiga orang putera yang bernama :
1-Demung Runtuh
2-Demung Purwata
3-Demung Munggah,

dan Denek Laki Supria mempunyai seorang putri yang bernama Denek Bini Keraeng dan lebih populer di Lombok dikenal dengan nama Denek Bini Jeraeng,dan dinamakan Denek Bini Keraeng karena dia menikah dengan seorang ulama yang berasal dari Gowa bernama Kiyai Keraeng/Kiyai Jeraeng yang datang dari Gowa melalui Sumbawa.

Dari ketiga putra dan seorang putri dari Denek Laki Supria ,Demung Runtuhlah yang paling pandai,cerdas,berani,berwibawa dan bijaksana,oleh sebab itu Anak Agung Karang Asem mengangkat Demung Runtuh menjadi Datu yang memerintah orang orang sasak di Lombok,yang wilayahnya meliputi,Dayan Jangkuk/Utara Kali Jangkuk,wilayah Mataram,Ampenan,terus ke selatan di Lauq Babak /Selalatan Kali Babak seperti Kediri, Gerung, Kuripan, Lembar, Sekotong,dan ketimur meliputi Puyung, Sukarare, Ranggegate, Penujak, Mangkung,Kateng,Pengembur ,Selong Belanak.Pusat Pemerintahan Demung Runtuh di Mataram tepatnya di Pendopo Kantor Gubernur NTB yang sekarang.dan Demung Purwata,dan Demung Munggah kembali ke Kateng tempat tanah leluhur,sedangkan Denek Bini Keraeng tetap tinggal di Mataram dan suaminya Kiyai Keraeng dijadikan sebagai Penghulu di Mataram oleh Demung Runtuh.

Demung Runtuh mempunyai tiga orang putera yang bernama:

1-Demung Putrawangsa
2-Demung Putraji
3-Demung Putradi,

dan ia mempunyai dua orang putri yang bernama :

1-Denek Bini Tegari
2-Denek Bini Haji Ali

Setelah Demung Runtuh wafat maka wilayah kekuasaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1-Demung Putrawangsa memerintah wilayah Mataram,Ampenan,Dasan Agung,Kekalek,Pagutan ,Sekar Bela atau wilayah tengah yaitu di selatan kali Jangkuk,sampai di utara kali Babak.
2-Demung Putraji memerintah di wilayah selatan Kali Babak sampai Sekotong,Selong Belanak.
3-Demung Putradi memerintah di utara kali Jangkung dan daerah sekitarnya.

Diceritakan Demung Putrawangsa menpunyai dua orang putra yaitu :
1-Haji Nurdin
2-Mamiq Nursaid

Setelah terjadi perang puputan Cakranegara,Mataram ,Haji Nurdin pulang kembali ke Kateng dan wafat di Kateng,dan dilayonkan di Makam Peringga Kateng,sedangkan keluarga lainnya pulang ke Kebon Orong Bare Bokong.

Dari Haji Nurdin inilah Lahir Lalu Dirajab mempunyai putra putri yaitu :

1-Baiq Tale
2-Lalu Munggah
3-Baiq Waringin.
4-Baiq Rumayat
5-Lalu April
6-Lalu Imbong
7-Lalu Meidin
8-Lalu Syamsul Hakim
9-Baiq Gusniati
10-Baiq Juni
11-Lalu Ari

Dan pada akhir hayatnya Lalu Dirajab wafat di Selebung Ketangga,dan dilayonkan di Keruak Lombok Timur.Dari Putranya Lalu Dirajab yang bernama Lalu Munggah ,maka lahirlah lima orang putra putri yaitu :

1-Lalu Husnul Yaqien Juniansyah
2-Baiq Wiwik Marlina
3-Baiq Eliana
4-Baiq Erni Mahida
5-Lalu Ikhwanuul Kamal

Lalu Munggah bermukim di Selat Narmada .Kabupaten Lombok Barat bersama putra putrinya,dan setelah Lalu Munggah wafat .maka ia dimakamkan di Selat Narmada
Puteranya Lalu Munggah yang bernama Lalu Husnul Yaqien Juniansyah mendirikan sebuah Organisasi olah Kanuragan yang bernama Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia,yang berpusat di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.

Pulau Lombok adalah salah satu pulau kecil diantara 17508 gugusan pulau pulau Sunda Kecil atau Kepulauan Nusa Tenggara.Pulau ini terletak di sebelah tenggara Pulau Bali,dengan alamnya yang cukup indah dan subur.Lombok Mirah Sasak Adi adalah nama yang tertera dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Pranpanca pada pupuh ke 14 yang berbunyi "Sawetan ikanaɳ tanah jawa muwah ya warnnanen, ri balli makamukya taɳ badahulu mwan i lwagajah, gurun makamukha sukun / ri taliwaɳ ri dompo sapi, ri saɳhyan api bhima çeran i hutan kadaly apupul.Muwah tan i gurun sanusa manaran ri lombok mirah, lawan tikan i saksak adinikalun / kahajyan kabeh, muwah tanah ibanatayan pramukha banatayan len / luwuk, tken uda makatrayadinikanaɳ sanusapupul." Yang artinya sebagai berikut,"Di sebelah timur Jawa seperti yang berikut: Bali dengan negara yang penting Badahulu dan Lo Gajah, Gurun serta Sukun, Taliwang, pulau Sapi dan Dompo, Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kendali sekaligus.Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Mirah, Dengan daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya, Bantayan di wilayah Bantayan beserta kota Luwuk, Sampai Udamakatraya dan pulau lain-lainnya tunduk". Di Pulau Lombok inilah tumbuhnya sebuah organisasi Olah Kanuragan yang menggunakan sarana Natural Magnetik Energi yang pertama kali ditemukan oleh Lalu Husnul Yaqien Juniansyah,penemuan tersebut ternyata sangat banyak mamfaatnya,terbukti dari beberapa hal yang langsung dapat digunakan dalam kehidupan sehari hari.

Pada awal penemuan ini terjadi secara tidak sengaja dan tak disadari tumbuhnya,ketika Lalu Husnul Yaqien Juniansyah masih duduk di bangku sekolah kelas II SMPN negeri Narmada Lombok Barat.Pada waktu itu energi itu tumbuh pada tubuh,seakan seakan ada suatu tenaga yang tiba tiba mendorong dalam diri yang membuat tubuh menjadi bergetar,Getaran itu semakin kuat dan sepat membuat bingung,apatah gerangan sehingga hal tersebut terjadi dengan sendirinya.

Namun kejadian aneh yang terjadi sejak tubuh itu bergetar yang membuat heran pada diri sendiri ,dan banyak kejadian kejadian yang diluar jangkauan nalar terjadi pada waktu itu antara lain:

1-Tiba tiba melihat kejadian kejadian yang tak pernah dilihat dan dipikirkan seperti melihat soal soal test ulangan dan ujian,melihat kejadian sesuatu disuatu yang jaraknya jauh tanpa disengaja dan kejadian tersebut setelah dicek kebenarannya ternyata benar benar terjadi,dan banyak pengelihatan yang tak pernah diinginkan dan dipikirkan terlihat begitu saja tanpa melalui sebuah cara,ritual,atau dengan mantra atau doa.
2-Sejak tumbuhnya tenaga yang bergetar di tubuh tersebut ,tubuh tidak pernah sakit,jika capek atau lelah dengan seketika tenaga tersebut memulihkan kembali keadaan tubuh.
3-Setiap memegang orang yang sakit pada saat ternyata sembuh dengan tanpa disadari.
4-Suatu ketika pernah terjadi Lalu Husnul Yaqien di tabrak Puso Baruna Artha di Lembuak Narmada,namun terjadi kejadian aneh motor yang ditabrak hancur,dan Lalu Husnul Yaqien berada di pinggir jalan melihat sendiri motornya tertabrak puso,dan dia sendiri selamat tidak kurang satu apapun juga.
5-Dicoba pada jurus jurus silat ternyata tubuh,tangan dan kaki bergerak refleks ,dan dapat menyerang ,menangkis,mengelak,menghindar dengan refleks juga.

Itulah beberapa hal tentang Natural Magnetik Energi yang tumbuh Lalu Husnul Yaqien dan masih banyak kejadian lain yang terjadi pada awal Energi tersebut tumbuh tanpa disadari.Apa yang terjadi pada tubuh Lalu Husnul Yaqien tersebut dicoba ditularkan kepada orang lain dengan tehnik tehnik tertentu dan ternyata dapat ditularkan kepada beberapa orang sahabatnya. Magnetik Energi yang telah tertular kepada sahabat sahabatnya tersebut itupun dapat digunakan dengan berbagai kebutuhan dalam kehidupan sehari hari.Melihat hal tersebut maka Lalu Husnul Yaqien memberanikan diri untuk menyebarkan tehnik atau methode tersebut kepada teman,sahabat dan sejawat ,sehingga terbentuk Organisasi Maspanji Sangaji Samaguna (MPSSGI).

Sejak pertama kali menjejakkan tilasnya di Bayan Lombok Utara,Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia mulai menyusun langkah sejarahnya.Perjalanan tapaknya mencerminkan ketegarannya untuk memacu semangat yang tak kunjung padam.Dari Bayan ia mulai merambah dengan pasti,dukungan dari Pembina Utama,instruktur,dan anggota membuat Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia dikenal oleh masyarakat di Pulau Lombok.Kiprahnya dalam pengobatan alternatif,untuk menjaga kesehatan diri sendiri telah banyak membawa hasil yang nyata,sudah banyak pasien pasien yang telah disembuhkan dengan terafi aliran Natural Magnetik Energi.baik penyakit medis maupun non medis.Eksperimen terus dilakukan selain sebagai sarana pengobatan akternatif yang tidak memiliki efek samping dan kontra indikasi,aliran Natural Magnetik Energi inipun dapat digunakan sebagai perangsang kecerdasan otak,memperkuat daya ingat,hapalan,dan digunakan sebagai jurus silat refleksi yang mampu membaca setiap serangan dengan refleksinya,mempertajam naluri yang dapat membaca secara fisika maupun metafisika,Hal hal tersebut dapat terbukti secara riel dan akurat,sehingga Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia merupakan pembelajaran nyata bagi anggotanya,bahwa apa saja yang mereka dapatkan dalam latihan dapat digunakan secara realita dalam kehidupannya.

Dari Bayan Lombok Utara Maspanji Sangaji Sangaji Samaguna Indonesia mulai dikenal dan berkembang,perkembangan awalnya masih di sekitar Lombok Utara seperti di Tanjung,Gondang,Kayangan dan Trawangan.Seiring dengan usianya yang semakin bertambah ,Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia mulai melebarkarkan sayapnya ke Kodya Mataram,Lombok Timur ,dan Lombok Tengah.Seorang Mahasiswa asal Lombok yang bernama Yusran yang kuliah di Malang Jawa Timur,pernah membuka latihan untuk para mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia,dari cikal bakal hal tersebut,setelah para mahasiswa menamatkan studinya masing masing,mereka kembali pulang ke daerah asalnya.Hal ini yang menyebankan terjadinya penyebaran Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia ke pelosok Nusantara,Pada tahun 2007 Msspanji Sangaji Samaguna mulai merambah ke Bali yang disebarkan oleh anggota anggota yang berasal dari Bali.Seorang Anggota Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia yang bernama Indra membentuk Cabang di Perambanan Daearah Istimewa Hayokyakarta Hadiningrat,Pada tahun 2012 Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia mulai menapakkan jejaknya di Bumi Pasundan dengan terbentuknya Cabang Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia Cabang Indramayu,yang disebarkan oleh seorang anggota Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia yang berasal dari Kertasemaya yang bernama Rubiyanto.Rubiyanto menunjukkan komitmennya ,sehingga Perkembangan Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia menunjukan hal yang sangat menggembirakan di Tanah Pasundan.

Sebagai Pembina Utama Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia ,saya pribadi menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada para sesepuh,Pengurus,Pelatih/Instruktur,dan segenap jajaran anggota ,yang telah dengan bantuan moril,tenaga,dan dana memberikan andil dan sumbangan,sehingga Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia dapat bertahan dan berkembang seperti yang lihat saat ini

Sabtu, 21 Mei 2016

LETUSAN SAMALAS ( RINJANI ) 1257-1258 M





LETUSAN SAMALAS ( RINJANI )  1257-1258 M

Misteri-Satu Lagi Gunung di Indonesia yang meletus bahkan lebih dahsyat dari Gunung Krakatau dan Gunung Tambora terungkap. Abu letusannya bahkan sampai di kedua kutub bumi.

Salah satu misteri bencana besar dalam sejarah mungkin telah terpecahkan – yaitu kes letusan gunung berapi terbesar dalam 3.700 tahun terakhir. Terjadi sekitar hampir 800 tahun yang lalu, letusan ini telah tercatat, dan kemudian terlupakan, dan mungkin juga telah menciptakan sebuah “Pompeii dari Timur”, yang mungkin terkubur dan menunggu untuk ditemukan di sebuah pulau di Indonesia.

Bukti abu dari letusan yang tersebar hingga kutub selatan maupun kutub utara, telah menunjuk kepada gunung berapi Samalas di Pulau Lombok di Kepulauan Nusa Tenggara Barat  Indonesia.

Team penyelidik, yang dipimpin oleh pakar  Geografi Franck Lavigne dari Université Paris 1 Panthéon – Sorbonne,Perancis  kini telah memperkirakan bahwa bencana besar itu terjadi antara Mei dan Oktober 1257. Penemuan ini dipublikasikan  dalam Prosiding National Academy of Sciences .

Semenjak Glaciologists menemukan bukti-bukti adanya letusan besar tiga dekade lalu, para pakar gunung berapi telah mencari asal letusan di mana-mana dari gunung berapi Okataina New Zealand hingga ke El Chichon Meksiko.

Sebelumnya letusan itu diperkirakan delapan kali lebih besar dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dan dua kali lebih besar dari letusan Gunung Tambora tahun 1815. Sampai saat ini kita selalu berfikir bahwa Tambora adalah letusan terbesar sejak 3.700 tahun, tapi studi ini menunjukkan bahwa peristiwa di tahun 1257 itu bahkan lebih besar dari Tambora.

Misteri Letusan Terpecahkan.

Untuk memecahkan misteri ini, team multidisiplin ilmu menggabungkan petunjuk-petunjuk yang telah diketahui dengan hasil penemuan  baru, yaitu Uji Radiokarbon, Kimia Ejecta Vulkanis, Data Stratigrafi, dan catatan-catatan sejarah. Letusan ini dikenal oleh banyak disiplin ilmu yang berbeda, banyak peneliti, tetapi masalah utamanya adalah mereka bekerja secara individual. Untuk itulah dibentuk team yang terdiri dari pakar Geologi, Geokimia, Geografi, Sejarawan, pakar Uji-Kaji Radiokarbon dan lain-lain yang kesemuanya dari spesialisasi yang berbeda untuk menggabungkan fakta-fakta.”




Quote:
Gunung Samalas, Lombok (Bawah). Hari ini yang tersisa dari Samalas adalah sebuah kawah besar (Atas).
Letusan gunung berapi tersebut melepaskan 40 kilometer kubik puing ke langit hingga setinggi 43 kilometer, menghasilkan hujan abu yang menetap di seluruh dunia. Di dekat gunung itu sendiri, menumpuk endapan tebal yang dikumpulkan oleh team di lebih dari 130 tempat untuk menghasilkan gambaran Stratigrafi dan Sedimentologis dari cara letusan tersebut terjadi

Para ilmuwan mengetahui bila terjadinya letusan dengan uji radiokarbon dari
sample,  specimen batang dan cabang pohon-pohon di sepanjang sisi-sisi dari gunung Samalas dan Rinjani. Data radiokarbon adalah konsisten dengan tarikh letusan abad pertengahan dan tidak menunjukkan sampel lebih muda dari 1257. Penanggalan atau Takwim radiokarbon ini mengenepikan kemungkinan bakal-calon lainnya, seperti El Chichon dan Okataina, yang letusan terjadi di luar waktu tersebut.

Peta ini menunjukkan sebaran Pumice, batu vulkanik yang ringan dan berpori sebesar 50 mm hingga sejauh 46 km ke sebelah tenggara dari vent Sumbawa. Para ilmuwan mengklaim ini menunjukkan besarnya letusan Samalas 

Lebih jauh, dua dekad lalu telah terungkap adanya Sulfat Vulkanik dan Tephra yang terkunci dalam sampel inti ice yang diambil dari Greenland dan Antartika. Itulah bukti kuat atau “sidik jari” dari Letusan tersebut, kerana diketahui dari keduanya bahwa letusan yang terjadi adalah letusan dari Gunung berapi tropis.

Hal itu mempersempit kandidat(bakal-calon)  lebih lanjut. Gunung Quilotoa Equador tidak menghasilkan kaldera  besar saat letusannya terjadi pada sekitar jangka waktu yang sama, dan hanya kaldera besar seperti di Danau Segara Anak lah satu-satunya kandidat. Studi komposisi Geokimia dari material Vulkanis yang ditemukan di kedua lapisan ice di Greenland dan Antartika jauh lebih sedikit kesamaannya dengan material Vulkanis dari Quilotoa – tapi memiliki kesamaan komposisi yang sangat meyakinkan dengan material Vulkanis Samalas.


Peta ini menunjukkan distribusi arus kepadatan Piroklastik ( pDCs ) dari letusan Gunung Samalas dan lokasi sampel arang yang digunakan untuk penanggalan-takwim  radiokarbon. Letusan Besar yang terjadi hampir 800 tahun yang lalu, mungkin telah membuat ‘Pompeii dari Timur’, menurut para penyelidik

Dampak-Impact  Dirasakan di Seluruh Dunia

Meskipun letusan itu terjadi di khatulistiwa, dampaknya terasa dan tercatat di seluruh dunia. Iklim terganggu selama setidaknya dua tahun setelah letusan. Bukti ini ditemukan dalam studi cincin pohon yang mengungkapkan tingkat abnormal pertumbuhan, model iklim, dan catatan sejarah dari tempat yang jauh seperti Eropah.

Sejarah abad pertengahan, misalnya, menggambarkan musim panas tahun1258  sebagai musim dingin, dengan musim yang buruk dan hujan terus-menerus yang memicu banjir yang merusak – dikenal sebagai “tahun tanpa musim panas”. Namun musim dingin yang terjadi setelah letusan itu dirasakan lebih hangat di Eropah Barat, seperti yang seharusnya terjadi dari sebuah letusan dengan kadar belerang tinggi di daerah tropis. Sebuah catatan sejarah dari Arras (Perancis utara ) berbicara tentang musim dingin yang sangat ringan “yang membeku hanya berlangsung selama beberapa hari,” dan bahkan di bulan Januari 1258 “violet dapat diamati, dan strawberries  serta pohon apple telah bermekaran.”

Di Indonesia, sebuah bencana besar dapat ditemukan pada catatan-catatan yang ditulis pada daun lontar, teks-teks Jawa Kuno dari Babad Lombok yang menggambarkan ledakan vulkanik besar yang membentuk kaldera di Gunung Samalas, di Pulau Lombok.
Tulisannya menggambarkan kematian ribuan orang kerana hujan abu yang mematikan dan aliran piroklastik yang menghancurkan Daerah Pamatan, ibukota kerajaan, dan daerah di sekitarnya. Meskipun catatan-catatan sejarah tersebut tidak menuliskan tarikh  yang pasti, tapi mereka menyatakan bahwa bencana itu terjadi sebelum akhir abad ke-13, cocok dengan bukti ilmiah lain yang telah ditemukan dari letusan.

Deskripsi sebuah letusan besar sebenarnya sangat jarang kerana letusan seperti itu terjadi hanya sekitar sekali setiap 600 tahun. Ini semacam kronik yang hanya ditulis jika salah satu dari letusan besar terjadi cukup dekat dengan tempat orang yang menulis catatan tapi tidak sangat dekat dengan letusan terjadi  yang dapat menjadi sebuah memory tragedi pada  mereka itu.

ORANG MAJZUBIEN





Orang Majzubien adalah orang yang dibawa kekuatan daya tarik haq dengan kekuatan gerak getaran autadil haq pada tubuhnya,yang menyampaikan mereka kepada beberapa pengalaman kerohanian terbukanya asroril haq,terbuka rahasia rahasia haq yang agung dan mencapai beberapa maqom haq dengan singkat.Dengan fitrah anugrah jazbah yang mengalir pada tubuhnya yang bergetar bergelombang dengan metabolis tubuhnya,mengisi sel sel,jaringan-jaringan,dan organ organ tubuh,merupakan magnet haq dengan medan magnet kebenarannya,mampu mencapai hal hal yang bersifat gaib dan nyata dengan singkat dan seketika, Mereka mendapat keasyikan terhadap rahsia rahasia laduniyah dengan terbukanya hijab jalalah baginya.Dengan tanpa menggunakan keinginan,hawa nafsu,dan kepandaian dirinya,dan semata mata hanya ada refleksi isyarah,ilham,dan laduny yang membimbing gerak langkah mereka.

Jazbatul haq tersebut merombak keperibadian mereka secara menyeluruh. Mereka menjadi orang yang sangat berlainan dengan keadaan mereka sebelum adanya jazbatul haq pada dirinya,karena jazbatul haq atau daya tarik haq yang bergerak .bergetar,bergelombang pada dirinya mampu mengenal sesuatu yang nyata dan tersembunyi disekitarnya,mampu merombak dan memperbaiki kebugaran,kesehatan jasmaninya dan rohaninya,mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi,mental dan kejiwaaannya,mempertajam intuisi dan memperkuat kecerdasannya.

Mereka lebih merasakan kedamaian dan kebahagiaan,karena mereka mengenal dan melihat rahasia rahasia Ketuhanan dengan nyata.dan apa yang berlaku di sekeliling mereka, baik atau buruk,tidak menarik minat mereka.Kegoncangan yang berlaku dalam masyarakat tidak mampu menarik mereka keluar daripada keasyikan mereka kepada terbukanya asror dengan kasyf yang terang. Setiap detik dan waktu mereka mendapatkan laduni.ilham,ilham,taupiq,hidayah dan inayah.Orang majzub terbawa oleh sulthon dari keagungangan yang merupakan autadillah yang menarik dengan daya tariknya yang dahsyat.

Dalam keadaan demikian mereka mengalami berbagai bagai hal dalam pengalaman kerohanian Mereka berpindah dari satu maqam ke maqam yang lain dengan cepat dalam tempo yang singkat.Orang majzub ini dikasihi ar rabb,mereka dilindungi dari binasa dan malapetaka.kerana mereka sudah terpenuhi oleh rahmat autadillah yang memiliki kekuatan yang luar biasa dari Jazbatul haq yang menariknya.,

Orang majzubien adalah orang yang ditarik oleh kekuatan daya tarik haq,adapun ciri ciri orang majzubien adalah seluruh tubuh bergetar dengan jazbahnya atau grafitasi haq,ibarat magnet yang menarik sepotong jarum,seperti yang diungkapkan oleh Syeikh Al Jauhari .Dirinya ditarik bagai tarikan magnet kepada beberapa hal hal yang mulia dan kepada beberapa maqam yang tinggi dalam ilmu,Daya tarik haq yang menarik dengan singkat tanpa hawa nafsu yang menjadi pengendalinya namun tarikan itu tanpa menggunakan kemauan dan pikiran dan secara refleksi dapat sampai kepada segala hal dan dapat mengenal segala maqam dalam masa yang singkat.Ibarat gelombang trnsversal dan longitudinal pada gelombang mikro pada radio,televisi,radar yang dapat menerima suara dan gambar pengindraan dengan seketika,Kekuatan getaran daya tarik haqq itu berlaku pada orang orang rabbany yaitu mereka yang sudah tertarik oleh kekuatan atau Sulthan Syarikul Autadil Haq,yaitu Kekuatan kekuatan daya darik haq, seluruh tubuhnya bergetar oleh kekuatan jazbah,dan yang ada pada tubuhnya adalah sifat sifat kekuatan daya tarik haq menjadi gerak getaran gelombangnya pada dirinya.Orang tertarik oleh kekuatan jazbah akan tertarik dengan sendirinya kepada sifat sifat Rabbaniyah, mereka dapat melihat rahasia rahasia asyiak disisi asyiak.Segalanya terbuka baginya,semata mata dengan autadillah tiada daya dan upaya pada dirinya,tiadalah kekuatan dirinya ,fana'lah segala kekuatan dirinya yang ada dan nyata hanyalah sulthonul haq yaitu kekuatan haq dalam gerak getaran gelombang tubuhnya,dan kekuatan haq inilah yang menarik dengan daya tarik Jazbatul Haqqul Karomah,atau kekuatan kekuatan daya tarik kemuliannya .kekuatan itulah yang menarik dengan segala kekuatan zat,sifat,asma' dan af'alnya